Views: 37
Konferensi iklim global COP 28 Dubai yang berakhir hari ini tampaknya belum mampu menghasilkan kesepakatan aksi iklim yang ambisius untuk mencegah bumi kita mengalami dampak krisis iklim yang lebih buruk. Kepentingan industri bahan bakar fosil masih mendominasi, sehingga kesepakatan yang tercapai penuh dengan celah dan kekurangan. Padahal dalam minggu terakhir ini begitu banyak desakan untuk mengakhiri era bahan bakar fosil, dan masih terdapat ruang pembahasan untuk bertransisi ke energi terbarukan dan efisiensi energi. Sayangnya aspirasi global ini tidak didengarkan.
Pada teks draf global stocktake, seluruh delegasi negara mengakui dan peduli bahwa tahun ini merupakan tahun terpanas sejak pencatatan suhu bumi dimulai. Dalam dokumen tersebut juga termuat beberapa penekanan di sektor energi seperti menaikkan target pemanfaatan energi terbarukan hingga tiga kali lipat dan melipatgandakan laju efisiensi energi pada 2030, melibatkan secara komprehensif kelompok rentan termasuk di dalamnya masyarakat adat, masyarakat terdampak, penyandang disabilitas dalam proses transisi yang berkeadilan, serta mencapai emisi nol bersih di 2050.
Lanjutkan membaca disini