19 September 2024
Namun meskipun dipenuhi berbagai kontroversi, adanya pohon karet tetap harus dianggap anugerah. Sebab tanpa karet mungkin tak akan ada berbagai produk yang sangat bermanfaat bagi manusia.

Views: 444

Pada awal penyebaran benih bibitnya, pohon karet dianggap emas berbentuk elastis. Lantaran mampu mengubah dari sebuah daerah tak berguna sama sekali, menjadi bernilai sangat besar.

Sulit memisahkan sejarah karet dari keberadaan cerita Christoper Colombus, saat pertama kali berada di benua Amerika. Dalam catatannya ia mengatakan telah melihat sekelompok pribumi Indian, yang sedang bermain dengan menggunakan bola berisi akar dan daun yang dilapisi dengan getah pohon yang dipanaskan.

Menurut beberapa peneliti setelah laporan itu diberikan Colombus, memang diketahui ada beberapa jenis pohon di Amazon yang diambil getahnya, untuk kemudian dimanfaatkan sebagai alat perekat atau pelapis. Jenis pohon tersebut di Brasil dikenal dengan nama Hevea Brasiliensis. Sementara di Indonesia, nama pohon tersebut dikenal sebagai karet.

Seiring dengan revolusi industri yang terjadi dikawasan Eropa, kebutuhan akan karet makin tinggi adanya. Terutama setelah Charles Goodyear berhasil menemukan formula daur getah pohon tersebut menjadi produk-produk yang diimpikan. Termasuk salah satunya membuat ban vulkanisir berbahan dasar karet, yang dibutuhkan untuk proses produksi pabrik.

Kebutuhan akan karet seakan tak ada batasnya pada masa itu. Terutama para pengusaha besar yang membutuhkan ban-ban, untuk pabrik mereka atau untuk kendaraan-kendaraan yang diproduksi.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dibuka perkebunan-perkebunan karet diberbagai belahan dunia. Karet yang semula hanya di hutan Amazon, akhirnya menyebar keseluruh dunia melalui maksud-maksud ekonomi, ataupun strategi peningkatan nilai daerah kolonisasi.

Salahsatunya buktinya merupakan strategi pemerintah kolonial Inggris dan Belanda, yang menyebarkan bibit H.Brasiliensis hingga ke daerah jajahan mereka di Asia Tenggara dan India. Tiba-tiba kemudian seperti kejatuhan durian layaknya. Negara seperti Srilanka, yang semula sangat tak produktif dan strategis tiba-tiba kemudian menjadi sangat berharga. Lantaran bibit H.Brasiliensis tumbuh subur disana.

Penyebaran bibit karet Brasil di Asia Tenggara yang sebenarnya paling gemilang hasilnya. Sebab kini negara-negara di Asia Tenggara menjadi pemasok utama karet di dunia. Sementara perkebunan karet terbesar juga berada di Asia Tenggara. Terakhir pemasok karet terbesar di dunia masih ditempati oleh Malaysia.

Di Indonesia pohon jenis H.Brasiliensis awalnya ditolak keberadaannya oleh penduduk pribumi. Mereka lebih memilih pohon lokal yang berjenis Ficus Elastica. Namun karena kualitas karet F. Elastica yang kurang baik, serta jumlah produksi yang lebih sedikit, lama kelamaan pemanfaatan pohon karet Ficus Elastica bergeser kepada jenis H.Brasiliensis.

Kini hampir keseluruhan perkebunan karet peninggalan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia memiliki pohon jenis H.Brasiliensis. Pohon-pohon itu yang kelak terus dimanfaatkan turunan-turunannya, menjadi berbagai produk yang bermanfaat bagi masyarakat.

Karet Menjadi Ban

Salah satu karya gemilang dari pemanfaatan karet merupakan produk ban kendaraan. Hingga kini masih banyak pemakai roda ban karet pada kendaraan, lebih memilih menggunakan ban karet alami ketimbang berbahan karet sintetis.

Seperti pada roda kendaraan pesawat. Dimana ban karet berbahan alami dianggap lebih kuat, dan fleksibel untuk mengurangi guncangan saat roda pesawat menyentuh landasan.

Sementara pada roda kendaraan bermotor di darat, roda karet dianggap lebih nyaman ketimbang menggunakan roda kayu seperti pada pedati. Roda karet jelas mampu mengurangi guncangan saat roda berbenturan dengan batu, atau melewati lubang jalan.

Kekuatan roda karet makin menjadi, saat serabut baja juga dimasukan ke dalam ban. Adanya serabut pada jelas membuat ban menjadi makin terikat. Kemajuan teknologi tersebut disinyalir lantaran keluhan banyak konsumen, terhadap roda ban dengan ban dalam yang kerap menimbulkan masalah.

Kini roda karet terutama ban mobil tak memerlukan lagi ban dalam. Karena lapisan ban luar dengan serabut baja didalamnya mampu menahan angin, dan memperkuat daya tahan ban terhadap cuaca dan hambatan di jalan.

Emas Elastis

Hingga kini keberadaan karet seperti emas saja layaknya. Beberapa produk berbahan karet dari Indonesia bahkan sudah mendunia. Seperti produk ban karet, bahkan telah bekerjasama dengan berbagai produsen besar dunia lain, yang memenuhi kancah bisnis ban kendaraan.

Namun sayangnya keberadaan perkebunan karet terus menyusut. Hal itu terjadi lantaran minimnya proses keberlanjutan, dan tingginya desakan aktivis lingkungan, terhadap bahaya perkebunan monokultur.

Sebagai solusi disepakati berbagai cara untuk menjamin keberlangsungan perkebunan karet. Termasuk dengan mengadakan jenis perkebunan tumpang sari, dimana perkebunan karet digabung dengan jenis pohon kecil lain yang tak mengganggu, disekitar pohon karet.

Namun meskipun dipenuhi berbagai kontroversi, adanya pohon karet tetap harus dianggap anugerah. Sebab tanpa karet mungkin tak akan ada berbagai produk yang sangat bermanfaat bagi manusia. (Sulung Prasetyo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *