04 November 2024
hutan meranggas
Hutan menjadi lebih hijau di lokasi-lokasi di mana aktivitas gunung berapi meningkat  dan kemudian menjadi lebih cokelat saat aktivitas gunung berapi mencapai puncaknya.

Views: 1125

Ternyata kondisi pohon di hutan gunung berapi bisa menjadi indikator keaktifan dan tanda akan meletus. Bahkan bisa dipelajari secara konsisten, bisa memberikan peringatan jauh sebelum metode pemantauan konvensional bisa memberikan tanda bahaya.

Bagaimana caranya? Para ilmuwan dari Universitas McGill di Kanada memberikan jawaban melalui hasil penelitian terbaru mereka.  Metode yang mereka lakukan sederhana saja, melalui pengumpulan data foto satelit udara sebuah hutan di gunung berapi. Dari hasil pemantauan tersebut, maka akan didapatkan jenis hutan yang berbeda, saat sebuah gunung berapi mulai aktif kembali, dan ketika akan meletus.

Seperti ketika mempelajari citra satelit dari taman nasional Yellowstone di Amerika Serikat, yang diambil antara tahun 1984 dan 2022. Dari data citra satelit tersebut mereka dapat menunjukkan bahwa hutan menjadi lebih hijau di lokasi-lokasi di mana aktivitas gunung berapi meningkat  dan kemudian menjadi lebih cokelat saat aktivitas gunung berapi mencapai puncaknya.

“Kuncinya dikandungan mineral yang berada didalam gunung berapi. Hutan akan terlihat lebih hijau karena adanya tambahan karbon dioksida yang membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sementara hutan menjadi lebih cokelat karena sulfur dioksida dan suhu yang tinggi membunuh tanaman”, papar pimpinan penelitian tersebut, Robert Bogue.

Lebih Baik

Menurutnya metode ini lebih baik, dalam memperkirakan tanda sebuah gunung akan meletus. Bahkan jauh-jauh hari bisa diprediksi kemungkinan erupsi dari gunung berapi yang merugikan tersebut. Memang menurutnya peningkatan emisi karbon dioksida sering menjadi salah satu tanda awal kerusuhan gunung berapi, tetapi sulit untuk mendeteksi tingkat latar belakang gas yang biasa dan sulit untuk diukur secara langsung. Sebab begitu banyak gunung berapi yang berada di daerah yang tidak dapat diakses dan bervegetasi lebat.

Temuan ini, yang dipublikasikan di Jurnal Geochemistry, Geophysics, Geosystems, menunjukkan bahwa menggunakan citra satelit untuk memantau kesehatan tanaman dapat memperingatkan kita akan aktivitas gunung berapi beberapa tahun sebelumnya. Namun menurutnya, teknik ini kemungkinan akan bekerja dengan baik pada gunung berapi stratovolkano yang berbentuk kerucut di daerah berhutan seperti gunung berapi Taal di Filipina atau Gunung Etna di Italia. (Sulung Prasetyo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *