Mata Dunia Melihat Gerhana Matahari

Views: 2

Mata orang-orang di dunia seperti terfokus pada angkasa, pada 9 Maret 2016. Semua mengamati langit, dengan berbagai cara memperhatikan, apakah matahari memang berbeda pada hari itu?

Proses kejadian gerhana matahari merupakan fenomena alam yang dianggap paling menarik saat ini. Berbagai mitos pernah hadir menyangkut kejadian hilangnya matahari selama beberapa menit di angkasa tersebut. Di tanah Jawa, proses hilangnya matahari itu karena dimakan oleh raksasa. Sehingga orang-orang kemudian ramai-ramai keluar rumah, dan memukul apapun yang menghasilkan suara agar raksasa itu kabur ketakutan, dan memuntahkan matahari lagi.

Namun secara ilmu pengetahuan, proses gerhana matahari bisa terjadi lantaran bulan yang berotasi mengelilingi bumi berada tepat menutupi matahari dan menutup pandangan mata dari bumi. “Meskipun diameter matahari 400 kali lebih besar dari diameter bulan, namun jarak yang sangat jauh membuat bulan mampu menutupi seluruh sinar matahari yang menuju ke bumi pada saat gerhana terjadi,” urai Bambang Hidayat, salah seorang peneliti astronomi dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).

Bambang menjelaskan fenomena tersebut saat diskusi mengenai “3 Minutes of Darkness Over Indonesia” digelar Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, pada 26 Februari 2016 lalu. Salah satu tambahan data yang menarik dari Bambang, merupakan jumlah waktu gerhana yang berbeda saat 1983 dan 2016 ini.

“Pada tahun 1983 gerhana matahari juga terjadi di tanah Jawa. Saat itu tepat sehari sebelum bulan puasa Ramadhan tanggal 12 Juni 1983. Durasi gerhana pada saat itu lebih dari enam menit lamanya,” tambah penjelasan Bambang.

Sementara saat gerhana matahari terjadi tahun 2016 ini, waktu gerhana diperkirakan hanya tiga menit lamanya. Tapi perbedaan jumlah waktu tersebut tak terlalu signifikan berdampak pada orang-orang di bumi. Melainkan hanya waktu gerhana yang lebih lambat dari sebelumnya ada.

Mata Dunia

Tak hanya di Indonesia, banyak orang di dunia juga memiliki respon besar terhadap kejadian tersebut. Terutama di Asia Tenggara, yang sebagian besar negara-negara didalamnya bisa melihat kejadian gerhana lebih jelas.

Di kota Kuching, Malaysia para pecinta angkasa beramai-ramai melihat kejadian gerhana, pada pagi hari Rabu (9/3). Para pengamat disana mengatakan penampakan gerhana matahari dari Kuching bisa hingga 86,9 persen, pada pukul 8.29 pagi.

Rambli Ahmad dari Komunitas Astronomi Serawak (SAS) mengatakan Planetarium Tun Iskandar, di kota Kuching akan membuka fasilitas teleskop mereka untuk umum. “Kami memberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk masyarakat melihat gerhana matahari dari teleskop kami, mengingat tak sembarangan orang bisa melihat gerhana matahari dengan mata telanjang,” kata Rambli.

Sementara di Singapore, seorang pakar astronomi bernama Alfred Tan bermaksud mengumpulkan sebanyak-banyaknya siswa sekolah untuk melihat kejadian gerhana matahari. Murid sekolah menengah Paya Lebar Methodist Girls School (PLMGS), Universitas Nasional Singapura dan sekolah Bandemeer di Singapura diperkirakan turut serta dalam kegiatan tersebut.

“Kejadian ini merupakan salah satu dari 146 gerhana yang bisa dilihat dari Singapura antara tahun 1700 hingga 2100,” kata Alfred Tan, melalui Strait Times.

Selain di Singapura, negara lain di Asia Tenggara yang juga bisa melihat gerhana dengan jelas merupakan wilayah Philipina. Menurut kabar terakhir yang beredar, langit di Philipina sempat gelap seketika pada pukul 7.51 pagi tadi.

Badan Atmosfer, Geofisika dan Astronomi Philipina (Pagasa) mengatakan penampakan gerhana bisa terlihat hingga 80 persen. “Artinya dari Philipina bisa melihat sekitar 80 persen permukaan matahari menjadi gelap,” urai penjelasan Pagasa melalui situs daring internet mereka.

Negara bagian Amerika Serikat (AS) di Hawai juga mengabarkan telah melihat fenomena gerhana matahari. Planetarium Bishop Museum J. Waturmull melaporkan adanya penampakan gerhana sebesar 70 persen, pada pukul 5.37 sore pada hari Selasa, 8 Maret 2016.

“Gerhana itu selesai pada pukul 6.33 sore di Hawai. Gerhana selesai tepat saat matahari tenggelam di lautan,” ungkap Malika Dudley, pakar astronomi Hawai melalui situs blog miliknya.

Salah satu respon yang paling unik menyangkut kejadian gerhana ini, merupakan keputusan maskapai penerbangan Alaska Airlines untuk menunda waktu keberangkatan pesawatnya. Hal itu dilakukan karena diperkirakan bila pesawat dengan kode 870 itu agak melambatkan laju pesawat dilintasan mereka, maka para penumpang bisa melihat kejadian gerhana dengan sisi berbeda, yaitu melalui jendela dikursi penumpang.

Perubahan plot jalur penerbangan itu menurut juru bicara Alaska Airlines telah disetujui sejak tahun lalu. Perubahan itu menurut mereka terkait dengan permohonan seorang astronomi bernama Joe Rao yang bekerja di Planetarium Hayden di kota New York, AS.

Menurut Rao, lintasan penerbangan pesawat Alaska Airlines dengan kode 870, menjadi waktu yang terbaik untuk melihat gerhana dari pesawat. “Itu berarti penerbangan harus ditunda sekitar 25 menit agar tepat bisa melihat gerhana dilintasan penerbangan pada pukul 5.35 sore waktu setempat,” urai Rao.

Uniknya melihat gerhana dari pesawat berarti berada diketinggian 37.000 kaki, dan berjarak sekitar 700 mil dari kota Honolulu, Hawai. Dikabarkan sekitar 163 penumpang akhirnya beruntung bisa melihat fenomena gerhana matahari dari kursi pesawat tersebut.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours