black ice

H2O TERBERSIH DI BUMI DIJUAL KE DUBAI

Views: 4589

Setelah makin menipis karena pemanasan global, es Kutub Utara yang membeku selama ratusan ribu tahun, kini dipanen untuk dikirimkan ke Dubai. Dinikmati dengan koktail, yang mendingin bersama es gletser kuno bumi. Sensasi rasa kalangan jetset internasional terbaru.

Perusahaan Arctic Ice yang memiliki ide tersebut. Mereka kini mulai mengirimkan es di Kutub Utara untuk dijual ke bar-bar eksklusif di Dubai, Uni Emirat Arab. Demikian diungkapkan media The Guardian, Rabu (11/1/2024).

“Es yang telah ada sejak ratusan ribu tahun itu sama sekali tak memiliki gelembung, dan mencair lebihi lambat dari es biasa. Selain itu juga lebih murni daripada es batu yang biasa dijual di Dubai”, ungkap Malik V. Rasmussen, pemilik Arctic Ice dalam situs websitenya.

Lebih jauh situs website Arctic Ice menjelaskan kalau es tersebut bersumber langsung dari gletser alami di Kutub Utara yang telah membeku selama lebih dari 100.000 tahun. “Bagian-bagian lapisan es ini belum pernah bersentuhan dengan tanah atau terkontaminasi oleh polutan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Hal ini menjadikan Es Kutub Utara sebagai H20 terbersih di Bumi.”

Perusahaan rintisan ini diluncurkan pada tahun 2022, tetapi baru mengirimkan 20 metrik ton es pertamanya baru-baru ini. Perusahaan ini dihantam gelombang kritik yang mengejutkan untuk para pendirinya. Para komentator media sosial telah berkomentar tidak menyenangkan. Mereka membuat komentar seperti: “Bukankah seharusnya Anda mengkhawatirkan dampak pemanasan global daripada menjual air gletser?”.

Namun, perusahaan Arctic Ice berargumen bahwa esnya ramah lingkungan dan memiliki nilai sosial ekonomi tinggi. Di sekitar Greenland biasanya memang penuh dengan gunung es, akibat gletser yang memecah dari lapisan es Greenland. Arctic Ice memiliki kapal khusus yang dilengkapi dengan derek, dan mereka membawanya ke ibukota Greenland, Nuuk.

Es Hitam

Es yang dicari merupakan jenis es tertentu yang pernah menjadi bagian bawah atau atas gletser, namun telah terpisah. Es ini lebih murni dan sulit dikenali di dalam air karena benar-benar transparan, dan dikenal secara lokal sebagai “es hitam”.

Setelah mereka menemukan potongan yang cocok, kemudian mengambilnya dengan derek dan menempatkannya dalam peti plastik biru sampai perahu penuh. Kemudian es tersebut dibawa berlayar ke Nuuk, di mana mereka kemudian memindahkan es tersebut ke peti dengan kontainer berpendingin. Peti kemas ini kemudian diangkut ke Denmark oleh perusahaan pelayaran Islandia, Eimskip. Di Denmark, menurut Arctic Ice, es tersebut dimuat ke kapal lain yang membawanya ke Dubai. Di Dubai, es tersebut dijual oleh distributor lokal Natural Ice, yang sudah menjual jenis es lainnya di Dubai.

Peti berisi es dari Kutub Utara yang akan dibawa ke Nuuk, ibukota Greenland sebelum dikirim ke Dubai, Uni Emirat Arab. (dok. ice arctic/the guardian)

Karbon Rendah

Tahap pertama pengiriman, dari Greenland ke Denmark, menurut Arctic Ice, memiliki intensitas karbon yang rendah. Itu karena sebagian besar kontainer pengiriman berpendingin yang meninggalkan Greenland akan kosong, karena negara ini mengimpor lebih banyak barang beku daripada yang diekspor.

Saat ini mereka telah berkomitmen untuk menjadi sepenuhnya netral karbon, dan setelah rantai pasokan dibuat dan jejak karbon Arctic Ice dihitung, semua kelebihan emisi akan dihitung dan dikompensasikan, baik melalui penangkapan dan penyimpanan karbon, atau melalui teknologi baru yang menyedot CO2 dari udara.

“Membantu Greenland dalam transisi hijau adalah tujuan utama saya datang ke dunia ini,” kata Rasmussen. “Kami memiliki agenda tersebut di perusahaan, tetapi kami mungkin belum mengkomunikasikannya dengan cukup baik.”

Tujuan utama dari upaya ini menurut Rasmussen, adalah untuk menciptakan aliran pendapatan baru bagi Greenland, yang sangat bergantung pada Denmark, yang hibah tahunannya mencapai 55% dari anggaran Greenland. Untuk mendapatkan lebih banyak kemandirian, baik secara politik maupun ekonomi, pertumbuhan ekonomi sangat penting.

“Di Greenland, kami menghasilkan semua uang kami dari ikan dan pariwisata,” kata Rasmussen. “Sejak lama, saya ingin menemukan hal lain yang bisa kami manfaatkan untuk mendapatkan keuntungan,” pungkasnya. (Sulung Prasetyo)

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours