lintah

Fosil Lintah Tertua Ungkap Bahwa Leluhur Mereka Bukan Pengisap Darah

Views: 0

Penemuan fosil di Amerika Serikat baru-baru ini menyingkap kisah mengejutkan tentang asal-usul lintah—makhluk yang selama ini dikenal sebagai pengisap darah tetapi ternyata memiliki masa lalu yang jauh berbeda. Fosil berusia sekitar 437 juta tahun, ditemukan di negara bagian Wisconsin, memperlihatkan bahwa nenek moyang lintah bukanlah parasit penghisap darah, melainkan penghuni laut purba yang kemungkinan besar memakan hewan kecil atau menyedot cairan dari invertebrata lain.

Makhluk purba ini diberi nama Macromyzon siluricus, mengacu pada periode Silur, masa ketika kehidupan laut sedang berkembang pesat setelah kepunahan besar pada akhir Ordovisium. Penemuan ini menggandakan usia catatan evolusi lintah yang sebelumnya hanya diketahui dari fosil kokon (cocoon) berumur sekitar 200 juta tahun dari periode Trias. Dengan kata lain, fosil baru ini mendorong asal-usul lintah mundur lebih dari dua kali lipat dalam sejarah geologi Bumi.

Fosil Macromyzon siluricus ditemukan di Mayville Member of the Brandon Bridge Formation, Wisconsin, di lapisan batuan laut dangkal yang dahulu merupakan bagian dari laut tropis kuno yang menutupi Amerika Utara bagian tengah. Lingkungan tersebut kaya akan organisme laut seperti trilobita, karang, dan cacing laut—menciptakan ekosistem kompleks yang menjadi laboratorium alami bagi evolusi hewan invertebrata awal.

Para peneliti dari University of Kansas dan Western Illinois University menggunakan mikroskop elektron dan teknik pencitraan 3D untuk memeriksa struktur tubuh fosil. Mereka menemukan bahwa spesimen ini memiliki badan tersegmentasi dengan sekitar 34 segmen, sebuah ciri khas kelompok Annelida (cacing gelang), serta sucker besar di bagian posterior, tetapi tanpa sucker anterior di kepala.

Ketiadaan sucker depan ini sangat penting. Pada lintah modern, sucker anterior berfungsi menempel pada inang dan mengisap darah. Tanpa organ ini, Macromyzon siluricus hampir pasti tidak hidup sebagai parasit, melainkan predator kecil yang hidup bebas di dasar laut, mungkin memangsa organisme lunak seperti cacing atau moluska kecil.

Bukti Bahwa Lintah Pertama Berevolusi di Laut

Selama beberapa dekade, para ahli menganggap lintah sebagai makhluk air tawar yang kemudian berpindah ke lingkungan darat. Namun, temuan ini menegaskan bahwa nenek moyang mereka berevolusi di laut dangkal, bukan sungai atau danau.

Analisis sedimen tempat fosil ditemukan menunjukkan komposisi kalsit mikrokristalin dan sisa ganggang laut, menandakan habitat laut tropis dengan salinitas tinggi. Menurut artikel di jurnal PeerJ, kondisi ini sangat mendukung teori bahwa lintah awal merupakan bagian dari komunitas laut bentik (dasar laut) yang hidup bebas dan tidak tergantung pada inang.

“Penemuan ini benar-benar menantang pandangan lama bahwa lintah berasal dari air tawar,” jelas Bruce Lieberman, salah satu penulis utama studi. “Kami kini tahu bahwa mereka telah berevolusi di laut purba, dan perilaku pengisap darah muncul jauh lebih lambat dalam sejarah evolusi mereka.”

Lintah termasuk hewan dengan tubuh lunak yang sangat sulit terawetkan. Fosil seperti ini hanya bisa terbentuk bila hewan mati cepat tertimbun dalam lingkungan anoksik (minim oksigen) yang memperlambat pembusukan. Oleh karena itu, fosil lintah hampir mustahil ditemukan dalam kondisi utuh.

Fosil Macromyzon siluricus menunjukkan detail luar biasa, termasuk jejak otot melingkar dan longitudinal, serta kemungkinan struktur saluran pencernaan bagian depan. Temuan ini menjadi salah satu dari sangat sedikit bukti langsung tentang evolusi morfologi lintah.

Sebelumnya, fosil lintah hanya diketahui dari kokon telur di Jerman (periode Trias) dan Inggris (periode Jura), sehingga penemuan di Wisconsin memperpanjang rekam jejak evolusi lintah sekitar 230 juta tahun lebih tua dari yang pernah tercatat.

Perbandingan pengisap ekor (ditunjukkan dengan panah hijau) pada Macromyzon dan Hirudinea modern
(A) Detail bagian pengisap ekor pada Macromyzon siluricus; seluruh spesimen ditampilkan pada Gambar 1A. (B) Detail pengisap ekor pada lintah hirudiniform Myxobdella sinanensis (Koleksi Zoologi Universitas Kyoto, spesimen KUZ Z1794); seluruh spesimen ditampilkan pada Gambar 1F. (C) Kladogram yang menunjukkan hubungan antar taksa yang ditampilkan pada gambar ini. (D) Spesies branchiobdellidan Cambarincola aff. okadai (kiri; Museum Nasional Cardiff, spesimen NMW.Z.2014.004) dan Triannulata magna (kanan; Museum Nasional Sejarah Alam Prancis, spesimen MNHN-HEL656); foto oleh James et al. (2015) dan Parpet & Gelder (2020). (E) Seluruh tubuh (atas) dan citra mikroskop elektron pemindai (bawah) dari acanthobdellidan Acanthobdella peledina; gambar oleh P. Świątek. (F) Lintah oceanobdelliform Pterobdellina vernadskyi; foto oleh Utevsky, Solod & Utevsky (2021). (G) Lintah glossiphoniiform Torix sp. (Koleksi Zoologi Universitas Kyoto, spesimen KUZ Z4325); foto oleh T. Nakano. (H) Lintah hirudiniform Haemadipsa japonica (Koleksi Zoologi Universitas Kyoto, spesimen KUZ Z4324); (Photo : T. Nakano.)

Kapan Lintah Mulai Mengisap Darah?

Pertanyaan besar yang muncul adalah: kapan lintah mulai mengisap darah?

Analisis morfologi menunjukkan bahwa perilaku hematofagus (pemakan darah) belum muncul pada periode Silur. Lintah purba seperti Macromyzon siluricus belum memiliki alat penusuk khas lintah modern—yaitu rahang berbentuk pisau ganda atau probosis yang bisa menusuk kulit inang.

Peneliti berpendapat bahwa kemampuan mengisap darah baru muncul sekitar 200–150 juta tahun yang lalu, mungkin pada awal periode Jura, bersamaan dengan meningkatnya jumlah hewan bertulang belakang air tawar seperti ikan, amfibi, dan reptil. Evolusi lintah pengisap darah mungkin merupakan respons terhadap peluang ekologis baru ketika inang berlimpah dan stabil di habitat air tawar.

Dalam artikel PeerJ disebutkan bahwa perubahan anatomi lintah menjadi pengisap darah adalah contoh evolusi konvergen—artinya, kemampuan tersebut muncul lebih dari sekali dalam kelompok lintah berbeda yang berevolusi secara terpisah.

Mengisi Kekosongan dalam Catatan Fosil

Fosil ini juga membantu menjelaskan “fossil gap” selama lebih dari 200 juta tahun dalam sejarah lintah. Ketiadaan bukti sebelumnya bukan berarti lintah tidak ada, melainkan karena tubuh mereka tidak meninggalkan jejak fosil.

Peneliti menegaskan bahwa fosil Macromyzon siluricus memberikan jembatan penting antara kelompok cacing laut purba (Polychaeta) dan lintah modern (Hirudinea). Analisis filogenetik menunjukkan bahwa lintah kemungkinan berasal dari kelompok Oligochaeta laut—leluhur yang juga melahirkan cacing tanah modern.

Dengan kata lain, lintah bukan hanya “cacing laut yang berevolusi menjadi pengisap darah”, tetapi garis keturunan yang bereksperimen secara evolusioner selama ratusan juta tahun sebelum menemukan strategi bertahan hidup yang kini kita kenal.

Periode Silur (443–419 juta tahun lalu) adalah masa transformasi besar dalam kehidupan laut. Hewan-hewan pertama dengan rahang dan sirip mulai muncul, sementara karang dan ganggang membentuk ekosistem terumbu awal. Dalam konteks ini, lintah purba seperti Macromyzon siluricus hidup berdampingan dengan ikan tanpa rahang, trilobita, dan cacing laut, menjadi bagian dari rantai makanan dasar laut purba.

Bentuk tubuhnya yang lentur dan kemampuannya melekat pada permukaan mungkin sudah menjadi adaptasi awal untuk bertahan di arus laut yang dinamis. Walaupun belum menjadi pengisap darah, kemampuan ini memberi keunggulan kompetitif bagi lintah purba untuk mencari makanan di lingkungan laut dangkal yang penuh persaingan.

Menulis Ulang Sejarah Evolusi Hewan Laut

Penemuan Macromyzon siluricus bukan sekadar memperpanjang sejarah lintah, tetapi juga mengubah pemahaman kita tentang evolusi hewan bertubuh lunak. Ia membuktikan bahwa banyak hewan modern yang kini hidup di darat atau air tawar sebenarnya memiliki asal-usul laut yang sangat tua.

“Setiap fosil seperti ini adalah potongan teka-teki dari kisah kehidupan di Bumi,” tulis tim peneliti dalam artikel PeerJ. “Ia menunjukkan bahwa sejarah evolusi bukanlah garis lurus, melainkan jaringan bercabang yang penuh dengan percobaan biologis.”

Fosil lintah purba Macromyzon siluricus dari Wisconsin adalah penemuan revolusioner yang menggandakan usia catatan evolusi lintah dan menyingkap bahwa nenek moyang mereka bukanlah pengisap darah, melainkan penghuni laut bebas. Dengan struktur tubuh unik, sucker tunggal di belakang, dan habitat laut dangkal tropis, makhluk ini menjadi saksi bisu dari awal mula evolusi lintah di planet kita.

Dari laut Silur yang biru kehijauan hingga rawa modern yang penuh inang berdarah panas, perjalanan panjang lintah adalah kisah tentang adaptasi dan ketahanan hidup. Temuan ini menjadi pengingat bahwa bahkan makhluk sekecil lintah menyimpan rahasia besar tentang bagaimana kehidupan di Bumi berkembang, berevolusi, dan terus beradaptasi selama lebih dari 400 juta tahun sejarah alam semesta. (Wage Erlangga)

Artikel Dari Penulis Yang Sama

umy pakaian mendaki gunung

UMY Kembangkan Pakaian Mendaki Gunung Darurat

himalaya mountaineering

Trekking di Himalaya Terbukti Bantu Pendaki Menemukan Arti Hidup

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *