Views: 4
Bagi perempuan Pakistan, terlalu banyak tabu yang harus dijalankan. Tapi tidak bagi Zenith Irfan, ia berniat merubah tabu tersebut. Salah satunya dengan mengendarai motor seorang diri berkeliling Pakistan.
Optimisme tampak tergambar jelas diwajahnya. Dengan alis tebal dan rambut panjang sebahu, tak sulit menentukan jenis kelamin Zenith adalah seorang perempuan.
Bagi seorang perempuan dimuka bumi ini, kadang hidup tak sebebas laki-laki. Terutama didaerah-daerah dengan ideologi agama yang kuat, seperti Pakistan. Banyak tabu yang harus dilakukan kaum perempuan disana. Mulai dari harus menutup muka dengan cadar, tidak boleh bepergian seorang diri keluar rumah atau bertemu seseorang, hingga berbagai batasan saat makan atau mencari pekerjaan.
Zenith juga dilahirkan seperti itu, sekitar 21 tahun silam. Disebuah kota bernama Lahore, Zenith muda tumbuh menjadi dewasa. Namun keluarga Zenith tampaknya agak berbeda dengan keluarga muslim umumnya disana. Seperti usul dukungan dari sang ibu, agar Zenith mulai belajar menggunakan sepeda motor yang ditinggalkan ayahnya.
“Ibu ingin saya meneruskan cita-cita ayah, berkeliling dunia dengan sepeda motor,” urai Zenith, kepada Pakistan Daily.
Lalu atas dasar restu ibunya, Zenith mulai berlatih dengan beberapa motor peninggalan ayahnya, seperti Honda 125, Honda CD-70 dan Suzuki GS-150.
Mula-mula ia hanya berkeliling sekitar kota Lahore saja. Banyak masalah teknis berkendara dan mesin motor yang akhirnya harus ia pahami. Kendala itu sempat pula membuatnya patah semangat, karena batas tabu gender yang kerap dialami.
“Saya sangat bingung dan frustrasi untuk urusan itu. Hingga akhirnya saya memutuskan melupakan itu semua dan memulai perjalanan saja,” imbuh Zenith.
Pertengahan tahun 2015 kemarin, ia memulai perjalanan jarak jauh berkendara sepeda motor. Ia berniat melintas sabuk Kashmir, yang berbatasan dengan deretan gunung tertinggi dunia, Himalaya.
“Kata orang Kashmir berarti surga dunia. Saya ingin melihatnya dengan mata kepala sendiri,” ujar Zenith.
Perjalanan itu segera diselesaikan tak lama. Ia melintas ibukota Pakistan, Islamabad, dan akhirnya masuk ke Kashmir yang berada diujung paling utara Pakistan.
“Saya tak pernah melihat salju. Dalam perjalanan saya membayangkan saja bagaimana salju nantinya. Keseluruhan perjalanan itu membuat saya seperti menyatu antara tubuh, jiwa dan alam,” kesan yang dituliskan Zenith dalam situs Facebook miliknya.
Dalam perjalanan jauh pertamanya tersebut, Zenith memaparkan tingginya sentiment perihal niatnya berkendara motor seorang diri di Pakistan. Kebanyakan orang-orang menyarankan agar ia kembali ke rumah, karena tak pantas seorang perempuan Pakistan mengendarai motor seorang diri.
Namun Zenith sepertinya tak pernah patah semangat. Terbukti ketika ia berhasil menyelesaikan perjalanan tersebut sesuai dengan rencana.
Pada Agustus 2015 ia kembali memacu motornya. Kali ini ia ingin menuju perbatasan Pakistan dan China. Diperkirakan ia melintas sejauh 3.200 kilometer (km) menuju Khunjerab Pass.
Dalam perjalanan selama 20 hari itu, Zenith bertemu dengan seorang perempuan di desa Misgar, dekat China. Perempuan itu menurut Zenith sangat menyenangkan sekali, karena akhirnya ia menemui orang yang mendukung pemikirannya.
“Kami sebenarnya tak saling paham benar satu sama lain secara bahasa. Tapi ia bisa memahami dari penerjemah lokal, kalau perempuan itu mengatakan bahwa apa yang saya lakukan sangat tak dapat dipercaya dan menakjubkan sekali,” urai Zenith.
Zenith sendiri yang beragama Islam mengaku tidak bermaksud meremehkan apa yang diajarkan Nabi Muhammad. Namun ia mengingatkan kalau Nabi Muhammad juga pernah berkata, “Jangan kau ceritakan padaku sampai seberapa tinggi kau bersekolah, tapi ceritakan kepadaku tempat-tempat terjauh yang pernah kau jumpai”.