19 September 2024
ifsc asian qualifier jakarta 2023
Indikator psikologi paling kuat dialami seorang atlet panjat tebing adalah kurangnya konsentrasi. Sementara indikator yang lain adalah kecemasan dan kepercayaan diri. Motivasi menjadi indikator paling lemah, yang dialami seorang atlet panjat tebing saat kejuaraan.

Views: 0

Kalau memperhatikan pertandingan panjat tebing internasional yang menyertakan atlet Indonesia, rasanya masih harap-harap cemas. Bagaimana tidak, potensi meraih juara tinggi tapi terkadang mengalami kendala teknis. Seperti terpeleset pegangan atau injakan, bahkan kadang salah dalam melakukan start.

Dalam ajang Asian Games 2023 yang baru lalu, sebenarnya atlet panjat tebing Indonesia hampir yakin merebut banyak emas. Sebab kalau merunut ranking dunia di Internasional Federation of Sport Climbing (IFSC), banyak atlet Indonesia berada di 10 besar Asia. Terutama atlet disiplin speed, atlet Asia benar-benar bukan tandingan mereka seharusnya.

Tercatat ada nama Veddriq Leonardo, pemegang rekor kecepatan dunia putera. Belum lagi Kiromal Katibin, yang merupakan pemegang rekor kecepatan sebelum dipecahkan oleh Veddriq. Di kategori puteri, ada nama seperti Desak Made Rita Kusuma Dewi. Desak merupakan juara dunia disiplin speed kategori puteri saat Kejuaraan Dunia Panjat Tebing IFSC di Bern, Swiss awal tahun 2023. Selain itu ada juga Rajiah Sallsabillah, yang pernah juga mencicipi juara dunia pada tahun sebelumnya.

Sementara disiplin yang dilombakan, sebenarnya sangat membuat atlet Indonesia meraih banyak emas dari cabang olahraga (cabor) panjat tebing ini. Selain disiplin lead dan boulder, ada juga disiplin speed dan speed relay berpasangan. Khusus untuk speed dan speed relay ini, Indonesia sangat berpotensial menang. Sebab atlet Asia lain tidak memiliki ranking terbaik, atau memiliki prestasi sebagus atlet Indonesia.

Bahkan khusus untuk potensi emas ini, Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) dengan yakin menargetkan meraih empat emas. Semua dari disiplin speed dan speed relay. Kategori putera dan puteri.

“FPTI menargetkan empat emas saat pertemuan dengan Presiden sebelum keberangkatan tim panjat tebing ke Asian Games”, ungkap Sekretaris Umum FPTI, Hendricus Mutter, sekitar akhir September 2023 lalu menjelaskan.

Tapi kenyataan usai Asian Games, atlet panjat tebing hanya mendapatkan satu emas, dua perak dan dua perunggu. Medali emas diraih oleh Desak melalui speed puteri. Dua perak kontribusi dari keempat atlet putera dan puteri saat speed relay berpasangan. Dua perunggu yang lain merupakan sumbangan dari Rajiah melalui speed puteri, dan Veddriq dari speed putera.

Atlet panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo usai mempertajam rekor dunia disiplin speed pada ajang Asian Games 2023. Sayangnya di final ia justru kalah karena terpeleset dan harus puas meraih perak. (Photo : dok. FPTI)

Evaluasi Mental

Ada dua kesalahan teknis yang tak seharusnya terjadi, menjadi penyebab kekalahan atlet Indonesia. Pertama, kejadian terpelesetnya atlet saat melakukan pemanjatan. Kedua, kesalahan memulai start.

Kejadian seperti kesalahan terpeleset kerap terjadi pada atlet Indonesia. Tak hanya pada ajang Asian Games, sebelumnya di ajang IFSC World Cup di Jakarta 2023, kejadian serupa juga menimpa atlet top Indonesia. Seperti saat Veddriq mencapai babak perempat-final di putaran final. Seharusnya ia bisa melewati lawannya kala itu. Karena terpeleset, akhirnya Veddriq harus menyerah dari atlet Cina.

Di Asian Games, peluang untuk meraih medali juga terbuka lebar untuk disiplin speed relay putra. Namun lagi-lagi kans besar tersebut harus terlewati karena kesalahan melakukan start pemanjatan. Dimana atlet-atlet Indonesia dianggap terlalu cepat melakukan start, saat atlet lainnya belum mencapai puncak lintasan.

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Dito Ariotedjo juga sangat menyayangkan terlewatinya kesempatan tersebut. Dalam konferensi pers menjelang kejuaraan IFSC Asian Qualifier 2023 di Jakarta, Dito menyatakan akan memberikan bantuan pendampingan psikologis terhadap atlet-atlet panjat tebing Indonesia.

“Kami melihat ada masalah mental pada atlet panjat tebing Indonesia. Seperti pada kejadian sebelumnya, padahal bisa menajamkan rekor dunia, tapi malah kalah pada babak final”, urai Dito.

Menyikapi hak tersebut, Menpora akan mendatangkan tim ahli dalam masalah ini. Tim tersebut kemudian akan melakukan pendampingan kepada para atlet selama latihan dan mengikuti kejuaraan.

“Mungkin mereka terbeban dengan berbagai tuntutan prestasi. Tapi kita ingin semua berjalan baik, dengan tuntutan prestasi dan kestabilan mental serta emosi pada saat mengikuti kejuaraan. Apalagi pada saat Olimpiade Paris nanti”, tambah Dito lagi.

Tim panjat tebing disiplin speed relay puteri Indonesia harus puas di posisi kedua pada event Asian Games 2023 di China.
(photo: dok. FPTI)

Kendala Mental

Melihat pada kasus diatas, lalu timbul pertanyaan di benak. Sebenarnya kendala mental seperti apa yang kerap dialami atlet panjat tebing saat menghadapi kejuaraan ?

Untuk mengetahui hal ini, ternyata telah ada beberapa penelitian psikologis yang pernah dilakukan. Beberapa penelitian itu membahas mengenai kondisi kejiwaan dasar, dan ada juga yang membahas secara lebih mendetail.

Dalam kasus di dalam negeri, ada hasil penelitian yang diterbitkan Jurnal Universitas Islam Riau (UIR) pada 14 Agustus 2023. Hasil penelitian bertajuk ‘Exploring the Psychological Profile of Rock Climbing Athletes Participating in The Pekan Olahraga Nasional (PON) in West Nusa Tenggara; A Psychometric Analysis’ tersebut menyimpulkan kalau indikator psikologi paling kuat dialami seorang atlet panjat tebing adalah kurangnya konsentrasi. Sementara indikator yang lain seperti kecemasan dan kepercayaan diri, menjadi indikator rata-rata. Motivasi menjadi indikator paling lemah, yang dialami seorang atlet panjat tebing saat kejuaraan.

Penelitian tersebut melibatkan delapan atlet dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Kedelapan atlet tersebut menjalani tes psikologi meliputi empat indikator utama, konsentrasi, kecemasan, kepercayaan diri, dan motivasi.

“Penelitian ini memang tidak mengarahkan hasil mengenai penyebab kekalahan seorang atlet panjat tebing dalam sebuah kejuaraan. Namun penelitian ini bisa memberikan indikator psikologis terkuat dan terlemah yang dialami seorang atlet saat menjalani sebuah kejuaraan”, tulis laporan penelitian yang salah satunya dilakukan oleh Lalu Moh Yudha Isnaini, dari Universitas Nahdatul Ulama Nusa Tenggara Barat.

Beda lagi penelitian yang dilakukan Universitas Nasional Pendidikan Fisik dan Olahraga Rumania. Dalam penelitian yang dipublikasi Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan, Februari 2023 lalu menyebutkan ada beberapa faktor psikologi yang menyebabkan seorang atlet panjat tebing mempertahankan motivasinya.

Mempertahankan resiko pengembangan, merawat tantangan, pendekatan sosial, pengalaman alam bebas dan pengalaman perbaikan, menjadi beberapa faktor seorang atlet panjat tebing bisa berkembang menjadi profesional.

“Sementara kecemasan datang dari dua penyebab. Pertama dari manajemen resiko yang buruk, yang kedua dari penampilan prestasi yang tak memadai”, urai penulis utama penelitian ini, Antonia Ioana Vasile.

Terlepas dari semua hitung-hitungan psikologis diatas, patut dihargai upaya para pemangku kepentingan dalam memperbaiki prestasi para atlet panjat tebing Indonesia. Sehingga kedepannya diharapkan dengan berbagai upaya tersebut, tuntutan prestasi para atlet bisa sejalan dengan perbaikan beban psikologis yang harus diterima. Sebab baik atau buruk, manusia tetap hanya memperhatikan hasil, tanpa mau bersusah payah mempelajari penyebab semua masalah terjadi. (Sulung Prasetyo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *