Views: 4
Pulau Bali selama ini menghadapi persoalan serius dengan sampah, terutama plastik, yang mencemari pantai dan lautnya. Masalah ini tidak hanya mengancam ekosistem laut, tetapi juga mengurangi daya tarik pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah. Di tengah tantangan tersebut, sebuah solusi baru muncul dalam bentuk teknologi ramah lingkungan bernama Bebot, robot pembersih pantai yang kini mulai diuji coba di Bali.
Bebot adalah robot semi-otonom yang dirancang untuk mengumpulkan sampah di area pantai berpasir. Teknologi ini dikembangkan oleh 4ocean, perusahaan asal Amerika Serikat yang fokus pada penanggulangan sampah laut. Di Bali, salah satu resort milik investor Australia menjadi pihak pertama yang mencoba mengoperasikan robot ini secara reguler.
Cara Kerja Bebot
Bebot dioperasikan menggunakan remote control dengan jangkauan hingga 300 meter. Robot ini dapat membersihkan sampah dalam radius kerja 3.000 meter persegi per jam tanpa menimbulkan kebisingan karena digerakkan dengan tenaga listrik. Dengan kemampuan tersebut, Bebot dinilai lebih efisien dibandingkan tenaga manual, terutama untuk jenis sampah kecil seperti puntung rokok, potongan plastik, dan pecahan kaca yang sering sulit dikumpulkan.
Selain ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar fosil, Bebot juga dirancang agar tidak merusak ekosistem pantai. Roda khususnya memungkinkan robot bergerak di pasir tanpa menggali terlalu dalam, sehingga tidak mengganggu habitat biota kecil.
Salah satu tempat yang sudah pakai BeBot adalah FINNS Beach Club di Canggu. Setiap hari, robot ini bekerja sekitar 2,5 jam di pantai Berawa dan Perancak. Hasilnya lumayan signifikan—jumlah sampah yang masuk ke TPA bisa ditekan dari 80% jadi tinggal 20 persen. Target ke depan, Bali berharap bisa menurunkan sampai hanya 5 persen di akhir 2025.

Respons Positif
Alit Sucipta, Deputi Kabupaten Badung berharap teknologi ini bisa dikembangkan agar memiliki kapasitas lebih besar dan dijangkau oleh setiap desa pesisir. Harapannya, penggunaan robot semacam ini dapat diperluas sehingga semakin banyak jenis sampah yang bisa dikumpulkan secara efektif.
“Robot ini bisa digunakan, tetapi dengan kapasitas yang lebih besar lagi, sehingga dapat kami sediakan untuk setiap desa adat di wilayah pesisir,” ujar Alit.
Meski mendapat sambutan positif, penggunaan Bebot juga menghadapi tantangan. Biaya investasi awal untuk membeli satu unit robot ini cukup tinggi, sehingga sulit dijangkau oleh pelaku usaha kecil. Namun, pengelola resort berharap bahwa teknologi ini dapat menjadi contoh bagi hotel dan destinasi wisata lainnya di Bali. (Wage Erlangga)





