sampah everest

DUA KONTAINER SAMPAH MENUMPUK DI EVEREST

Views: 2518

Setidaknya 40-50 ton sampah menumpuk di sekitar jalur pendakian menuju puncak tertinggi dunia, Gunung Everest, Nepal. Sampah tersebut kalau dikomparasi dengan kapasitas kontainer terkecil, berarti membutuhkan setidaknya dua kontainer untuk membawa semua sampah itu. “Perlu waktu tahunan untuk membersihkan semua sampah itu”, ujar Ang Babu Sherpa, pemimpin proyek pendakian dan pembersihan gunung Everest yang paling terakhir dilakukan, pada Juli 2024.

Menurut Ang Babu sampah terbanyak itu justru berada di pos paling terakhir pendakian, sebelum pendaki menuju puncak, yaitu daerah bernama South Col. Diperkirakan disana masih ada sekitar 40-50 ton atau sekitar 2 kontainer tadi.

“Sampah yang tertinggal di sana sebagian besar berupa tenda-tenda tua, beberapa kemasan makanan dan tabung gas, botol oksigen, kemasan tenda, dan tali yang digunakan untuk mendaki dan mengikat tenda,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa sampah-sampah itu berlapis-lapis dan membeku di ketinggian sekitar 8.000 meter diatas permukaan laut (mdpl), tempat kamp South Col berada.

Paling terakhir tim yang terdiri dari tentara dan Sherpa yang didanai oleh pemerintah Nepal telah menyingkirkan 11 ton sampah, empat mayat dan sebuah kerangka dari Everest selama musim pendakian tahun ini.

Menurut uraian Ang Babu, para Sherpa dalam tim mengumpulkan sampah dan mayat dari daerah dataran tinggi, sementara para prajurit bekerja di dataran yang lebih rendah dan di area base camp selama berminggu-minggu selama musim pendakian musim semi yang populer, ketika kondisi cuaca lebih mendukung.

Ang Babu mengatakan bahwa cuaca merupakan tantangan besar bagi pekerjaan mereka di daerah South Col, di mana tingkat oksigen sekitar sepertiga dari jumlah normal, angin dapat dengan cepat berubah menjadi badai salju dan suhu turun drastis.

“Kami harus menunggu cuaca yang baik ketika matahari akan mencairkan lapisan es. Tetapi menunggu lama dalam kondisi dan situasi seperti itu tidak memungkinkan,” katanya kepada kantor berita Associated Press (AP). “Sulit untuk bertahan lama dengan tingkat oksigen yang sangat rendah.”

Kebanyakan sampah yang ditemukan di Gunung Everest juga berbentuk peralatan pendakian dari ekspedisi-ekspedisi pendakian yang dilakukan tahun-tahun sebelum 2024. Bukti paling terlama sampah yang ditinggalkan merupakan baterai isi ulang dari ekspedisi yang dilakukan pada tahun 1957 (photo: AP Photo/Sanjog Munandar)

Sampah dan Mayat Membeku

Menggali sampah juga merupakan tugas besar, karena sampah tersebut membeku di dalam es dan memecahkan balok-baloknya tidaklah mudah.

Butuh waktu dua hari untuk menggali satu mayat di dekat South Col yang membeku dalam posisi berdiri di dalam es, katanya. Di tengah perjalanan, tim harus mundur ke kamp yang lebih rendah karena cuaca yang memburuk, dan kemudian melanjutkan kembali setelah cuaca membaik.

Jenazah lainnya berada jauh lebih tinggi di ketinggian 8.400 meter (27.720 kaki) dan butuh waktu 18 jam untuk menyeretnya ke Kamp 2, di mana sebuah helikopter menjemputnya.

Jenazah-jenazah tersebut diterbangkan ke Rumah Sakit Pendidikan Universitas Tribhuvan di Kathmandu untuk diidentifikasi.

Setidaknya sampah sebanyak 40-60 ton masih berada dilokasi camp South Col, lokasi terakhir para pendaki beristirahat sebelum melakukan pendakian ke puncak tertinggi Everest. Sebanyak 11 ton dari sampah yang ada diklaim telah diturunkan, dan kemudian dipilah untuk didaur ulang. (photo: AP Photo/Sanjog Munandar)

Solusi Sampah Everest

Dalam beberapa tahun terakhir, peraturan pemerintah yang mewajibkan para pendaki untuk membawa kembali sampah mereka atau kehilangan deposito mereka, serta meningkatnya kesadaran di antara para pendaki tentang lingkungan, telah secara signifikan mengurangi jumlah sampah yang ditinggalkan. Namun, hal itu tidak terjadi pada beberapa dekade sebelumnya.

“Sebagian besar sampah berasal dari ekspedisi sebelumnya,” kata Ang Babu.

Dari 11 ton sampah yang diangkut, tiga ton sampah yang dapat terurai dibawa ke desa-desa di dekat kaki Everest dan delapan ton sisanya dibawa oleh kuli angkut dan yak, kemudian dibawa dengan truk ke Kathmandu. Di sana, sampah-sampah tersebut disortir untuk didaur ulang di sebuah fasilitas yang dioperasikan oleh Agni Ventures, sebuah badan yang mengelola sampah yang dapat didaur ulang.

“Sampah tertua yang kami terima berasal dari tahun 1957, dan itu adalah baterai yang dapat diisi ulang untuk lampu senter,” kata Sushil Khadga, salah satu Sherpa yang juga ikut membantu upaya pembersihan tersebut. (Sulung Prasetyo)

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours