Views: 3
Kadang kita mendengar, bagaimana seorang pawang hujan berusaha menghentikan terjadinya hujan. Sekarang, teknologi bahkan sudah berkembang hingga mampu membuat hujan. Kita mengenalnya dengan teknologi hujan buatan. Dan ternyata membuat hujan buatan itu, hanya dengan menyiramkan garam ke awan saja.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT), Tri Handoko Seto menguraikan bahwa hujan buatan tidak dapat diartikan secara harfiah sebagai pekerjaan membuat hujan. Karena teknologi ini berupaya untuk meningkatkan dan mempercepat jatuhnya hujan.
“Hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca ini adalah, dengan cara melakukan penyemaian awan atau cloud seeding menggunakan bahan-bahan yang bersifat higroskopik atau menyerap air sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan,” papar pria yang akrab dipanggil Seto tersebut.
Menggunakan Garam
Selain itu Operasi membuat hujan buatan ini tentunya juga tidak lepas dari ketersediaan yang diberikan oleh alam. Artinya jika awannya banyak, kita juga akan dapat menginkubasi lebih banyak dan otomatis akan menghasilkan hujan yang lebih banyak juga, begitupun sebaliknya.
Persiapan teknis ini seperti memodifikasi pesawat untuk dapat digunakan dalam melaksanakan operasi membuat hujan buatan. Setelah itu adalah mendatangkan pesawat ke lokasi, menyiapkan sumberdaya manusia, serta menyiapkan bahan semai.
“Untuk melakukan operasi membuat hujan buatan butuh pesawat yang biasanya dimodifikasi khusus, guna mengangkut kru serta bahan semai, berupa garam halus yang nantinya akan disebar di dalam awan,” paparnya.
Manfaat Hujan Buatan
Teknologi ini menurut Seto banyak manfaatnya. Terutama dalam menghadapi musim kekeringan saat ini.
“Seperti untuk mengantisipasi kekeringan, bencana banjir serta bencana kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan atau Karhutla. Selain itu, Teknologi Modifikasi Cuaca juga sudah dipercaya dalam pengamanan proyek strategis nasional dan kegiatan penting kenegaraan yang bersifat nasional dan internasional baik untuk mengurangi gangguan kabut asap maupun menjaga agar lokasi kegiatan tidak terkendala oleh cuaca ekstrem,” pungkasnya.
Sebagai informasi banyak event kenegaraan yang turut melibatkan dukungan operasi modifikasi cuaca ini. Seperti Sea Games pada tahun 2011 di Provinsi Sumatera Selatan dalam pengamanan mengurangi curah hujan. Juga pada event Pekan Olahraga Nasional (PON) di Riau pada Tahun 2013 yang terganggu kabut asap maupun curah hujan di areal lapangan olah raga. Selain itu pada acara Islamic Solidarity Games di Sumatera Selatan Tahun 2013. Pernah juga dipergunakan untuk redistribusi curah hujan di wilayah DKI pada tahun 2013 dan 2014. Yang lain adalah pengurangan curah hujan di area proyek Pembangunan Jalan Tol Samarinda-Balikpapan Tahun 2018. Kemudian pada kegiatan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Dan yang terakhir pada acara Annual Meeting IMF-World Bank 2018 di Bali serta kegiataan kenegaraan lainnya seperti peringatan HUT Kemerdekaan RI di Istana Negara. Sementara yang paling terakhir, pembuatan hujan buatan kembali dilakukan untuk mengurangi dampak polusi udara di kota Jakarta tahun 2023. (Sulung Prasetyo)