mapala ui elbrus

Bagaimana Rasanya Mendaki Gunung Tertinggi Rusia di Usia 55 Tahun?

Views: 41

Awalnya mungkin tak terpikir di kepala Ekky Husein dan Rudy Pratomo bisa merasakan mendaki gunung tertinggi Rusia di usia 55 tahun. Boro-boro mendaki kesana, gunung di Indonesia saja sudah sedemikian berat. Tapi mimpi tetap mimpi. Potongan mimpi yang pernah masuk ke kepala mereka, saat mahasiswa dulu, terlanjur kembali menghantui. Dan saat kondisi sudah memungkinkan, akhirnya mereka kembali untuk mewujudkan mimpi itu.

“Awalnya sih ketemu lagi, terus mulai sedikit-sedikit jogging bareng. Sampai akhirnya niat ke Elbrus malah membawa kesana”, cerita Ekky pada Sharing Session pendakian gunung Elbrus, Rusia di Kampus Universitas Indonesia, pada Sabtu (25/10/2025) lalu.

Ya, mereka memang dua anggota alumni Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (UI). Dulu pernah bersama mengikuti kegiatan Mapala UI, decade tahun 1990-1993. Sampai akhirnya harus kembali ke kehidupan nyata. Bekerja, mengejar karir dan mengurus keluarga.

Sampai akhirnya mereka bertemu lagi, lantaran antara sesame alumni kadang mengadakan perjalanan kecil bersama. Mulai mendaki ke beberapa gunung lagi. Baru kemudian terbersit keinginan mencicipi juga alam Rusia. Sebab dulu, senior-senior mereka seperti Norman Edwin juga sempat kesana, dan menyisakan sedikit mimpi petualangan dikepala.

Persiapan Pendakian Tak Sempurna

Awalnya mereka memiliki rencana persiapan fisik yang sempurna. Itu karena lantaran yang akan mengarahkan pelatihan fisik, merupakan seorang istruktur pelatih ekspedisi mendaki gunung yang sudah kondang, Rachmat Rukmantara.

Tapi apa daya, kesibukan pekerjaan yang tidak bisa dihindari membuat mereka akhirnya hanya berlatih trekking pendek di Sentul, dan mendaki gunung Gede Pangrango saja. Selain latihan-latihan fisik lain di Senayan Jakarta tentunya.

“Padahal seharusnya mendaki tiga gunung dulu, kalau ikut rencana. Tapi mau bagaimana, bisanya hanya ke gunung Gede saja”, urai Rudy, dihadapan anggota Mapala UI yang lain.

Basecamp pendakian gunung Elbrus – Barrel Hut, Rusia. (photo:: www.justgorusiia.go.id)

Mountain Sickness Saat Pendakian

Untungnya rencana pendakian tetap berjalan sesuai rencana. Sekitar sebelum bulan Ramadhan 2025 perjalananpendakian dimualai. Mereka menaiki pesawat menuju Mineralnye Voldy, di Rusia. Melakukan aklimatisasi daerah rendah disana.

Ada dua macam aklimatisasi yang mereka lakukan, mengikuti arahan dari guide disana. Aklimatisasi daerah rendah, dan aklimatisasi didaerah tinggi yang dimulai dari basecamp awal pendakian gunung Elbrus.

Gunung Elbrus ini sendiri tak bisa dianggap remeh. Merupakan gunung tertinggi di Rusia, dan salah satu gunung tertinggi di tujuh benua dunia, karena menjadi yang tertinggi di benua Eropa. Gunung Elbrus memiliki ketinggian hingga 5.642 meter diatas permuaan laut (mdpl).

Setelah dua hari melakukan aklimatisasi daerah rendah di Mineralnye Voldy, mereka kemudian diberangkatkan ke basecamp di Barrel Hut, pada ketinggian 3.900 mdpl. Berarti basecamp Barrel Hut berada diatas ketinggian gunung tertinggi di Jawa, Gunung Semeru, yang memiliki ketinggian 3.600 mdpl.

Dari basecamp mereka melakukan beberapa pendakian naik dan turun, untuk melakukan aklimatisasi daerah tinggi. Pada saat itu, Rudy mulai mengalami masalah pada kesehatannya. Ia merasa mual, pusing dan lesu. Setelah diperiksa, ternyata ia mengalami Altitude Mountain Sickness (AMS).

“Akhirnya saya diturunkan kembali ke daerah yang lebih rendah. Ke wilayah Azau, baru kemudiian kalau sudah sehat, kembali naik ke atas”, papar Rudy.

Untungnya pada hari pendakian yang ditentukan, Rudy sudah merasa agak enak, dan berniat melakukan pendakian kembali. Akhirnya bersama Ekky, mereka berdua memutuskan tetap dalam satu kelompok pendakian.

Sayangnya pada ketinggian sekitar 5.300 mdpl, Rudy kembali mengalami masalah. Kakinya terasa berat sekali diangkat. Sepertinya dampak dari AMS sebelumnya, kembali melanda kesehatan dan membuat kakinya manjadi berat diangkat dan seperti keram.

“Kaki rasanya sulit sekali diangkat. Mungkin karena AMS sebelumnya. Akhirnya Ekky juga mengakhiri pendakian, dan kami turun kembali ke bawah”, cerita Rudy yang dibenarkan Ekky.

Jalur pendakian ke puncak gunung Elbrus dari basecamp Barrel Hut atau The Barrel. (photo: pinterest)

Sudah Melihat Semua Kecuali Puncak

Meskipun akhirnya mereka gagal mencapai puncak, namun tak ada kekecewaan tergurat dari dua wajah mereka saat menceritakan perjalanan yang dihadapi. Mungkin hal tersebut lantaran kedewasaan dalam menghadapi dunia petualangan juga. Tak seperti masa remaja yang menggebu-gebu, saat umur telah mencapai lebih dari 50 tahun, pencapaian mencapai puncak mungkin hanya sekedar keinginan sambil lalu saja.

Pelatihan sebelum pendakian juga mereka sesalkan tak penuh dilakukan. Sementara hal lain hanya masalah nasib saja.

“Orang-orang lain yang mendaki berasama kami juga menenangkan. Menghibur, kalau kami berdua tak usah terlalu kecewa karena tak sampai ke puncak. Karena kami sebenarnya  telah melihat semua, kecuali sebagian kecil daerah puncak saja”, urai Ekky memberikan penutup sebelum menyelesaikan presentasi mereka. (Sulung Prasetyo)

Baca juga:

Artikel Dari Penulis Yang Sama

limbah perang rusak lingkungan gaza

Tanah Gaza Menjerit, Limbah Perang Jadi Racun Baru

spider web wanadri

Wanadri Terapkan Metode Spider Web untuk Rehabilitasi Terumbu Karang Pulau Buru

One thought on “Bagaimana Rasanya Mendaki Gunung Tertinggi Rusia di Usia 55 Tahun?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *