Views: 7
Langit masih diselimuti kabut ketika jejak pertama tertinggal di jalur sempit yang mengarah ke Pegunungan Cyclops. Gunung-gunung ini menjulang kokoh di atas Danau Sentani, mengawasi daratan Papua dengan diam yang tak bisa dijelaskan. Di balik lebatnya hutan dan terjalnya tebing, ada kisah-kisah yang diwariskan dari generasi ke generasi—mitos yang menempel erat pada setiap batang pohon, aliran sungai, dan bisikan angin di antara bebatuan.
Pegunungan Cyclops bukan nama asli yang diberikan oleh masyarakat adat. Julukan ini muncul dari seorang pelaut Eropa bernama Louis de Bougainville pada abad ke-18. Ketika kapal mereka melintasi perairan Papua, para pelaut melihat pegunungan yang berdiri gagah dengan satu puncak menonjol, menyerupai mata raksasa dalam mitologi Yunani—Cyclops, makhluk bermata satu yang terkenal dalam kisah Odiseus.
Namun, jauh sebelum para pelaut Eropa datang dan memberi nama baru, penduduk asli telah lama mengenalnya sebagai Dafonsoro. Bagi mereka, pegunungan ini bukan sekadar gugusan batu dan hutan, tetapi tempat suci, rumah bagi roh leluhur, dan batas antara dunia manusia dengan sesuatu yang lebih besar.
Menurut Hari Suroto, seorang arkeolog dari Balai Arkeologi Papua, masyarakat Sentani percaya bahwa Pegunungan Cyclops adalah tempat suci yang dijaga oleh empat dewa besar. “Dewa Nu di timur, Wai di barat, Ebun di selatan, dan Dobon di utara”, urainya.
Tiga dewa pertama dianggap dapat mendatangkan petaka, sedangkan Dobon dipercaya sebagai pemberi kemakmuran. Konsep perlindungan spiritual ini membuat masyarakat sekitar sangat menghormati dan menjaga keseimbangan ekosistem di Cyclops.

Gunung yang Dijaga oleh Roh Leluhur
Banyak penduduk asli Sentani percaya bahwa Pegunungan Cyclops adalah tempat bersemayamnya roh-roh nenek moyang. Di titik-titik tertentu, seperti lembah-lembah tersembunyi atau gua-gua di dalamnya, diyakini ada kekuatan yang tak terlihat. Beberapa bagian dianggap begitu sakral sehingga tak boleh dimasuki tanpa izin adat.
Para tetua adat sering memperingatkan bahwa siapa pun yang masuk ke kawasan ini tanpa menghormati aturan akan tersesat, mendengar suara-suara aneh, atau bahkan mengalami kejadian di luar nalar. Pendaki atau pemburu yang ceroboh sering mengaku mendengar langkah kaki di belakang mereka, tetapi ketika menoleh, tak ada siapa pun. Ada juga kisah tentang orang-orang yang hilang selama berhari-hari, hanya untuk ditemukan dalam keadaan linglung di tempat yang sudah dicari sebelumnya.
Mitos ini bukan hanya sekadar cerita untuk menakut-nakuti, tetapi juga bentuk perlindungan alam yang diterapkan oleh masyarakat adat. Kepercayaan terhadap kekuatan spiritual di Cyclops menjaga ekosistem tetap lestari. Tak ada yang berani merusak hutan atau sembarangan berburu di sana, karena mereka tahu ada batas yang tak boleh dilewati.
Legenda Batu yang Menangis
Salah satu kisah paling terkenal di Pegunungan Cyclops adalah legenda tentang Batu Menangis. Di sebuah titik di pegunungan ini, ada sebuah batu besar yang selalu basah, meskipun di musim kemarau. Konon, batu itu adalah jelmaan seorang perempuan yang dikutuk karena melanggar aturan adat. Ia menangis selamanya, menjadi pengingat bagi siapa pun yang mengabaikan kebijaksanaan leluhur.
Beberapa penduduk percaya bahwa batu itu mengeluarkan suara lirih saat malam tiba. Suara yang terdengar seperti bisikan atau rintihan halus, tetapi tidak pernah jelas dari mana asalnya. Para pemburu yang tersesat sering mengaku mendengar suara tersebut sebelum akhirnya menemukan jalan pulang.

Air Suci yang Tak Pernah Kering
Di bagian lain Pegunungan Cyclops, ada mata air yang dipercaya memiliki kekuatan penyembuhan. Masyarakat adat menyebutnya sebagai air suci yang tak pernah kering. Terlepas dari perubahan cuaca atau musim, air ini tetap mengalir, seakan menolak tunduk pada hukum alam biasa.
Beberapa orang yang meminum air ini mengaku merasa lebih segar, seakan-akan energi baru mengalir di tubuh mereka. Bagi masyarakat adat, tempat ini bukan sekadar sumber air, tetapi titik pertemuan antara dunia manusia dan roh. Ritual-ritual sering dilakukan di sini, dan mereka yang datang harus menjaga sikap dan tidak bertindak seenaknya.
Selain nilai spiritualnya, kawasan ini juga merupakan rumah bagi berbagai spesies langka. Berdasarkan penelitian dari WWF, Pegunungan Cyclops memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan lebih dari 278 jenis burung, 86 jenis mamalia, 65 jenis reptil, dan 38 jenis katak. Kepercayaan masyarakat adat terhadap kesakralan tempat ini berkontribusi besar dalam menjaga keberlanjutan ekosistemnya.
Jejak yang Tak Terlihat di Puncak Ifar
Puncak Ifar adalah salah satu titik tertinggi di Pegunungan Cyclops, menawarkan pemandangan luar biasa ke Danau Sentani dan Kota Jayapura. Namun, tak banyak yang tahu bahwa di tempat ini sering ditemukan jejak kaki misterius.
Beberapa pendaki yang mendirikan tenda di dekat puncak mengaku melihat jejak kaki besar di tanah, lebih besar dari ukuran manusia biasa. Jejak ini sering muncul setelah hujan turun dan hilang begitu saja tanpa ada pola jelas ke mana arahnya pergi.
Ada yang mengatakan bahwa ini adalah jejak para leluhur yang masih menjaga pegunungan, sementara yang lain percaya bahwa ini adalah tanda dari makhluk gaib yang belum pernah diketahui manusia.
Menjaga Mitos, Menjaga Alam
Mitos-mitos yang menyelimuti Pegunungan Cyclops bukan hanya cerita yang diwariskan, tetapi juga cara masyarakat adat menjaga harmoni antara manusia dan alam. Kisah tentang roh penjaga, batu menangis, dan air suci mungkin terdengar seperti legenda bagi sebagian orang, tetapi bagi mereka yang memahami maknanya, ini adalah aturan hidup yang harus dihormati.
Pegunungan Cyclops bukan sekadar lanskap yang indah atau tempat bagi para pendaki untuk menaklukkan ketinggian. Ia adalah bagian dari warisan budaya Papua yang harus dijaga. Seperti yang disampaikan oleh Hari Suroto, kepercayaan masyarakat terhadap gunung ini sebagai rumah para dewa telah membuatnya tetap terlindungi selama berabad-abad. Mungkin tidak semua orang percaya pada mitos-mitos ini, tetapi satu hal yang pasti: bagi mereka yang mengabaikan peringatan leluhur, Pegunungan Cyclops akan menunjukkan bahwa ada batas yang tidak boleh dilewati. (Wage Erlangga)
+ There are no comments
Add yours