hiu paus

SELAMATKAN JEJAK RAKSASA HIU PAUS DI TELUK SALEH

Views: 12

Langit masih gelap ketika perahu-perahu nelayan mulai berlayar di Teluk Saleh. Air tenang, angin berembus pelan, dan di kejauhan, bayangan raksasa bergerak di bawah permukaan. Hiu paus—makhluk laut terbesar yang jinak, mengintip dari balik air, seakan memberi salam pagi kepada para nelayan dan wisatawan yang datang. Teluk Saleh, yang disebut-sebut sebagai “akuarium raksasa” di Indonesia, adalah rumah bagi puluhan hiu paus yang setiap tahun kembali ke perairan ini.

Bukan tanpa alasan hiu paus memilih teluk ini. Selama lima tahun terakhir, para peneliti menemukan setidaknya 108 individu hiu paus di perairan tersebut. Namun, yang menarik, sebagian besar dari mereka kembali ke Teluk Saleh setiap tahun. Seolah ada sesuatu yang membuat mereka selalu rindu pulang.

“Penelitian kami dari 2017 hingga 2022 bersama Pemerintah Indonesia menunjukkan bahwa populasi hiu paus di Teluk Saleh didominasi oleh individu muda, dengan kemunculan mereka terdeteksi sepanjang tahun”, ungkap Mochamad Iqbal Dewangga Putra, sebagai penulis utama dalam laporan Kajian Awal: Potret Populasi, Habitat, dan Nilai Ekonomi Hiu Paus untuk Pengembangan Kawasan Konservasi di Teluk Saleh 2017-2022 yang dikeluarkan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia, Februari 2025.

Udang rebon, santapan favorit mereka, melimpah di sini. Terumbu karang masih terjaga, dan ekosistem mangrove di sekitarnya tetap hidup, menjadi benteng alami yang menjaga keseimbangan rantai makanan. Tapi pertanyaannya, sampai kapan?

Ekowisata: Berkah atau Ancaman?

Beberapa tahun terakhir, masyarakat Desa Labuhan Jambu mulai melihat peluang dari kehadiran hiu paus ini. Mereka mengembangkan wisata berbasis komunitas—mengajak turis berenang bersama hiu paus dengan aturan ketat: tidak menyentuh, tidak memberi makan, dan tidak menggunakan perahu bermesin keras yang bisa melukai mereka. Wisata ini tumbuh pesat. Tahun 2019, tercatat pendapatan mencapai Rp 327 juta, dengan hampir separuhnya langsung masuk ke kantong masyarakat lokal. Sebuah angka yang menggiurkan.

Jika dikelola dengan baik, ekowisata bisa menjadi solusi. Tapi jika dibiarkan liar, itu bisa berubah menjadi bumerang. Terlalu banyak perahu, terlalu banyak manusia, bisa membuat hiu paus enggan kembali. Kita sudah melihat kejadian serupa di beberapa tempat lain di dunia—di mana satwa liar akhirnya pergi karena merasa terganggu. Apakah Teluk Saleh akan mengalami nasib yang sama?

Konservasi: Antara Harapan dan Tantangan

Pemerintah daerah dan organisasi konservasi tidak tinggal diam. Pada 2022, seekor hiu paus jantan berukuran enam meter diberi tanda satelit dan nama “Haji Mo.” Nama yang mungkin terdengar lucu untuk seekor hiu paus, tapi memiliki makna mendalam—sebagai simbol upaya konservasi di wilayah ini.

Tahun 2025, Pusat Edukasi Hiu Paus resmi dibuka di Labuhan Jambu. Di sini, masyarakat dan wisatawan bisa belajar lebih banyak tentang peran hiu paus dalam ekosistem laut. Bahwa mereka bukan sekadar daya tarik wisata, tetapi juga penjaga keseimbangan laut. Namun, seberapa besar dampak dari edukasi ini? Apakah cukup kuat untuk mengubah pola pikir masyarakat yang selama ini lebih mengutamakan manfaat ekonomi jangka pendek?

Ancaman yang Mengintai

Tantangan terbesar konservasi di Teluk Saleh bukan hanya soal wisata yang tidak terkontrol. Masih ada ancaman yang lebih nyata—penangkapan ikan ilegal dengan bom dan pukat harimau. Metode ini tidak hanya membunuh ikan dalam jumlah besar, tetapi juga merusak ekosistem yang menjadi sumber makanan hiu paus.

“Hanya sekitar 23% dari area hotspot hiu paus yang mendapat perlindungan resmi melalui kawasan konservasi, sementara sebagian besar area penting masih terbuka terhadap ancaman aktivitas manusia, seperti perikanan dan pariwisata yang tidak bertanggung jawab”, urai Mochamad lagi.

Belum lagi degradasi hutan mangrove. Setiap hektar mangrove yang hilang berarti berkurangnya perlindungan alami bagi perairan ini. Tanpa mangrove, udang rebon yang menjadi makanan hiu paus akan sulit berkembang biak. Dan jika makanan mereka hilang, akankah mereka masih kembali ke Teluk Saleh? (Sulung Prasetyo)

You May Also Like

More From Author

1 Comment

Add yours

+ Leave a Comment