cannabis

MENGAPA GANJA BANYAK DI TANAM DI GUNUNG ?

Views: 16

Kabut tipis menggantung di atas perbukitan Aceh Besar ketika petugas gabungan TNI dan Polri merangsek masuk ke hutan lebat. Langkah mereka menyusuri jalan setapak berakhir di sebuah ladang luas yang tersembunyi di antara pepohonan. Ribuan batang ganja tumbuh subur, mengisyaratkan bahwa daerah ini bukan sekadar tempat persinggahan satwa liar, melainkan juga rumah bagi bisnis gelap yang terus hidup meski berulang kali dibabat habis oleh aparat.

Fenomena ladang ganja di pegunungan bukan hal baru. Dari Aceh hingga Pegunungan Kendeng di Jawa Tengah, wilayah perbukitan kerap menjadi pilihan utama para petani ganja. Tapi mengapa pegunungan begitu ideal bagi tanaman ini? Jawabannya bukan hanya soal tanah yang subur, melainkan juga strategi bertahan hidup dalam bayang-bayang hukum.

Pegunungan, Tempat Persembunyian yang Sempurna

Dr. Ahmad Sahidin dari Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh dalam penelitiannya yang berjudul “Pola Sebaran Ladang Ganja di Aceh: Studi Geospasial dan Sosio-ekonomi” menyebutkan bahwa sebagian besar ladang ganja ditemukan di daerah perbukitan dengan ketinggian antara 500 hingga 1.500 meter di atas permukaan laut. Faktor utama yang menjadikan daerah ini menarik adalah keterpencilannya.

“Pegunungan menyediakan lahan yang jauh dari jangkauan aparat serta minim akses transportasi. Hal ini membuat razia menjadi lebih sulit dilakukan dan ladang bisa bertahan lebih lama sebelum ditemukan,” jelas Ahmad.

Selain itu, medan yang sulit juga menguntungkan bagi petani ganja. Dengan jalur yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan off-road, aparat membutuhkan tenaga ekstra untuk menembus lokasi. Ini bukan sekadar kebun tersembunyi, tapi benteng alami yang melindungi bisnis haram tersebut.

Sebanyak 65 titik ladang ganja ditemukan di Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru (TNGBTS) pertengahan Maret 2025. (photo: dok. istimewa)

Tanah Subur, Iklim Ideal

Ganja adalah tanaman yang mudah tumbuh, tapi kualitas terbaiknya bergantung pada lingkungan. Wilayah pegunungan memiliki tanah vulkanik yang kaya nutrisi dan drainase yang baik. Selain itu, suhu yang stabil dengan kelembaban tinggi mendukung pertumbuhan optimal.

Seorang mantan petani ganja di Blang Kejeren, Aceh Nanggroe Darussalam, yang enggan disebut namanya, mengakui bahwa menanam ganja jauh lebih menguntungkan dibandingkan menanam kopi atau cokelat.

“Dua tahun menanam kopi, hasilnya pas-pasan. Tapi kalau ganja, tiga bulan panen, duitnya bisa buat makan setahun,” ujarnya.

Menurutnya, harga jual ganja jauh lebih tinggi dibandingkan komoditas pertanian lain. Dengan risiko yang besar, keuntungan juga harus sepadan.

Jejak Ladang Ganja di Indonesia

Aceh tetap menjadi pusat utama produksi ganja di Indonesia. Setiap tahun, aparat membakar hektaran ladang ganja di sana, namun bisnis ini seperti ekor cicak—putus satu, tumbuh lagi yang baru. Pada 2022, polisi menemukan lebih dari 60 hektare ladang ganja di wilayah Pegunungan Seulawah, Aceh Besar. Tahun berikutnya, 30 hektare lainnya ditemukan di daerah yang sama.

Tak hanya Aceh, kasus serupa juga ditemukan di daerah lain. Di Kabupaten Garut, Jawa Barat, ladang ganja ditemukan di lereng Gunung Guntur pada 2021. Di lereng Gunung Slamet, Banyumas, polisi juga pernah menemukan kebun ganja yang ditanam di antara kebun sayur milik warga.

Bahkan yang terbaru, sebanyak puluhan titik ladang ganja di temukan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Penemuan itu berhasil dilakukan setelah hasil investigasi melalui teknologi drone diberlakukan.

Ladang ganja di Dusun Pusung Duwur, Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. (Foto: MPI/Avirista M)

Antara Penindakan dan Realitas Ekonomi

Meski pemerintah terus berupaya memberantas peredaran ganja, akar masalahnya tetap sulit dipangkas. Penelitian UIN Ar-Raniry menunjukkan bahwa sebagian besar petani ganja berasal dari latar belakang ekonomi rendah, dengan akses terbatas ke pendidikan dan pekerjaan lain yang lebih stabil.

“Mereka bukan kriminal dalam arti sesungguhnya, tapi lebih kepada korban keadaan. Jika ada alternatif ekonomi yang lebih baik, banyak dari mereka yang ingin beralih ke usaha lain,” ungkap Ahmad.

Namun, solusi ekonomi bukanlah perkara mudah. Selama harga ganja tetap tinggi dan permintaan tak pernah surut, akan selalu ada yang berani mengambil risiko menanamnya. Di sisi lain, selama aparat hanya menargetkan ladang dan petani tanpa membongkar jaringan di atasnya, rantai ini akan terus berputar.

Ketika fajar mulai menyingsing di perbukitan Aceh, helikopter kepolisian kembali mengangkasa, membawa pasukan yang siap menebang ribuan batang ganja. Namun bagi mereka yang sudah lama bermain dalam bisnis ini, ladang yang lenyap hari ini hanyalah bagian dari permainan. Sebab di tempat lain, bibit baru telah disemaikan, menunggu giliran untuk tumbuh subur di balik kabut pegunungan. (Sulung Prasetyo)

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours