Views: 27
Kalau sering merasa panas akhir-akhir ini, sudah jelas pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim dapat dijadikan biang kerok masalahnya. Perubahan iklim membuat efek sampingan seperti fenomena El Nino, badai besar dan kekeringan makin hadir dalam jumlah masif. Khususnya saat ini dan beberapa bulan mendatang, El Nino diperkirakan akan menimbulkan peningkatan suhu menjadi lebih panas, yang berdampak kekeringan.
Dampak perubahan iklim tak hanya suhu makin panas, es di kutub makin mencair, iklim menjadi makin tak terduga, banyak tumbuhan dan satwa yang mati, permukaan air laut makin tinggi, banyak daratan yang hilang, penyakit baru merajalela, air tawar makin menipis, konflik sumber daya alam terjadi dimana-mana, dan bejibun masalah lain yang makin bikin ruwet kepala.
Dan bagi penggemar kegiatan alam bebas, apalagi yang sedang menunggu waktu bertualang mendatang, jangan harap kondisi alam akan tetap bertahan seperti sekarang. Sebab menurut perkiraan, akan banyak dampak dan perubahan terjadi khususnya dalam aktivitas petualangan di alam bebas. Era pemanasan global akan membuat pelaku aktivitas petualangan di alam bebas membutuhkan banyak istirahat karena suhu terlalu panas. Belum lagi masalah cedera, karena keram otot yang terlalu panas, medan petualangan yang mudah rusak paska kebakaran hutan yang sangat mungkin akan sering terjadi, dan yang paling mencemaskan adalah makin tak menentunya kondisi alam, karena adanya perubahan iklim tersebut.
Terlalu Panas untuk Bertualang
Sebuah hasil penelitian yang dipublikasikan Jurnal Riset Latihan dan Olahraga Jerman mencatat bahwa perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan peristiwa cuaca ekstrem, yang dapat menimbulkan risiko bagi para pelaku aktivitas olahraga. Laporan tersebut menyoroti dampak perubahan iklim terhadap olahraga dan rekreasi luar ruangan, dengan mencatat bahwa tekanan panas, polusi udara, dan peristiwa cuaca ekstrem merupakan risiko potensial bagi para pelakunya.
“Secara umum, kenaikan temperatur diluar ruangan menjadi penyebab meningkatnya stress pada kardiovaskular, sistem pernafasan dan metabolisme tubuh. Orang-orang yang berlatih di kondisi panas, akan berisiko lebih tinggi pada stress yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan mereka”, papar Sven Scheider dalam penelitian yang dipublikasi pada 6 Desember 2021 tersebut.
Selain peristiwa cuaca ekstrem, perubahan iklim juga dapat menyebabkan perubahan kondisi waktu berkegiatan. Suhu yang lebih panas dapat mempersulit para pelaku kegiatan alam bebas untuk menampilkan performa terbaiknya. Sementara pada kondisi sebaliknya, yang sangat mungkin juga terjadi, yaitu curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan arena bertualang terendam air dan menjadi tidak aman.
Perubahan ini dapat mempengaruhi kualitas aktivitas di alam bebas, dan juga dapat menyebabkan cedera. Selain itu, perubahan iklim juga dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi para pelaku kegiatan di alam bebas, seperti serangan panas dan dehidrasi. Maka pantas bila dimasa depan, aktivitas kegiatan bertualang di alam bebas diperkiarakan akan banyak dihentikan ditengah waktu berkegiatan, karena para pelakunya perlu minum air lebih banyak untuk menghindari dehidrasi.
Selain dehidrasi, karena panas berlebihan juga bisa menimbulkan efek kebakan hutan yang makin sering. Khusus untuk para pendaki gunung, kondisi tersebut harus lebih diperhatikan. Meningkatkan kemampuan kondisi darurat, terutama menghadapi situasi hutan terbakar perlu ditingkatkan.
Lebih Banyak Kecelakaan Karena Kurangnya Kecepatan
Fenomena lain yang juga menarik pada aktivitas alam bebas mendatang merupakan makin tingginya probabilitas terjadinya kecelakaan pada saat aktivitas dilakukan. Hal tersebut diungkapkan peneliti Leslie Mabon, dalam Jurnal Kebijakan Iklim edisi 20 November 2022.
Dalam penelitian tersebut, Leslie menyatakan kalau suhu yang makin panas pada masa depan akan membuat para pelaku aktivitas olahraga menjadi makin memiliki perilaku agresif. Penyebab agresivitas disinyalir bersumber dari suhu panas tersebut. Dimana diketahui emosi manusia akan makin meningkat, saat tekanan suhu disekitarnya juga berubah.
Kemudian dalam sebuah model dinamis yang dilakukan dalam penelitiannya terungkap kalau respon pelaku kegiatan olahraga juga akan makin rendah pada suhu yang lebih panas. “Seperti kecepatan penjaga gawang untuk mengantisipasi tendangan penalti akan menurun sebanyak 7 persen pada suhu 40 derajat celcius, bila dibandingkan pada suhu 0 derajat celcius”, urai Leslie.
Bila melihat pernyataan diatas, maka bisa diperkirakan para pelaku kegiatan dialam bebas juga dimungkinkan akan menghadapi masalah penurunan kecepatan dalam beraktivitas. Terutama untuk kegiatan alam bebas yang membutuhkan kecepatan mengambil keputusan seperti arung jeram, maka penurunan kecepatan ini bisa berakibat fatal bagi para pelaku didalamnya.
Apa yang bisa kita lakukan?
Ada banyak langkah yang dapat diambil untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap aktivitas di alam bebas. Pertama, mengurangi emisi gas rumah kaca sangat penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Hal ini dapat dicapai dengan mengadopsi sumber energi terbarukan, mengurangi konsumsi energi, dan mempromosikan transportasi yang berkelanjutan.
Kedua, beradaptasi dengan kondisi yang berubah sangatlah penting. Hal ini termasuk mengembangkan infrastruktur dan permukaan lapangan yang tahan terhadap cuaca ekstrem, serta menyesuaikan jadwal latihan dan persiapan untuk memperhitungkan perubahan pola cuaca. Terakhir, mempromosikan praktik-praktik berkelanjutan saat berkegiatan di alam bebas. Hal tersebut akan dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas yang dilakukan di alam bebas.
Para pelaku dan organisasi kegiatan alam bebas juga dapat menggunakan platform mereka untuk meningkatkan kesadaran dan mengadvokasi aksi iklim. Mereka dapat bekerja sama dengan para jaringan mereka dan pemangku kepentingan untuk mempromosikan praktik-praktik berkelanjutan, serta menggunakan media sosial dan penampilan mereka di media massa untuk meningkatkan kesadaran akan perubahan iklim dan dampaknya. Dengan mengambil tindakan dan bekerja sama, kita dapat memastikan bahwa kegiatan petualangan di alam bebas akan tetap aman, menyenangkan, dan berkelanjutan untuk generasi yang akan datang. (Sulung Prasetyo)