Views: 17

Gunung-gunung di Pulau Jawa, yang selama ini menjadi pelarian dari hiruk pikuk kota, kini menghadapi beban sampah. Bukan bebatuan atau longsoran tanah, tapi plastik bekas makanan, botol air mineral, tisu basah, dan sampah domestik lainnya yang dibawa oleh para pendaki. Jumlahnya tak main-main. Dalam setahun, total sampah yang tertinggal di jalur dan puncak-puncak gunung di Jawa diperkirakan mencapai lebih dari 30 ton, setara dengan berat 300 unit motor bebek.

Gunung-Gunung Penuh Sampah

Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber dan organisasi pencinta alam, berikut adalah estimasi jumlah sampah yang dikumpulkan dalam satu tahun dari beberapa gunung populer di Jawa:

Gunung Gede Pangrango (Jawa Barat)
Berdasarkan catatan Balai Besar Taman Nasional Gede Pangrango (BBTNGP), dalam momen Hari Peduli Sampah Nasional 2019, relawan berhasil mengangkut 4 ton sampah dari jalur pendakian. Namun, data terkini menunjukkan bahwa rerata tim relawan dan petugas bisa mengumpulkan lebih dari 5 ton per tahun, termasuk dari jalur Cibodas, Gunung Putri, dan Selabintana.

Gunung Ciremai (Jawa Barat)
Menurut laporan komunitas peduli lingkungan dan BKSDA, dalam satu tahun bisa terkumpul sekitar 3,5 ton sampah dari jalur Linggarjati, Apuy, dan Palutungan. Botol plastik dan kemasan makanan instan mendominasi.

Gunung Merbabu (Jawa Tengah)
Berdasarkan hasil kegiatan Clean Up Gunung Merbabu yang rutin dilakukan oleh relawan, tercatat setidaknya 4–5 ton sampah dikumpulkan setiap tahunnya, terutama dari jalur Selo dan Thekelan.

Gunung Prau (Dieng, Jawa Tengah)
Gunung ini menjadi salah satu favorit pendaki pemula. Dalam kegiatan clean up tahunan yang melibatkan ratusan relawan, rata-rata 3 ton sampah berhasil diturunkan.

Gunung Lawu (Jawa Tengah-Jawa Timur)
Gunung dengan sejarah spiritual panjang ini tak luput dari permasalahan sampah. Berdasarkan data dari berbagai kegiatan pembersihan, jumlah sampah mencapai 3 ton lebih dalam setahun, sebagian besar berupa plastik dan puntung rokok.

Gunung Semeru (Jawa Timur)
Gunung tertinggi di Jawa ini juga memikul beban terberat. Menurut laporan dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS) dan komunitas pendaki, dalam satu tahun bisa terkumpul 8–10 ton sampah, mayoritas berada di sekitar Ranu Kumbolo, Kalimati, dan jalur menuju puncak Mahameru.

Jika dijumlahkan, total sampah dari gunung-gunung tersebut dalam setahun mencapai sekitar 27–30 ton. Ini baru dari enam gunung saja. Belum termasuk gunung-gunung lain seperti Gunung Sumbing, Sindoro, Arjuno, dan Penanggungan yang juga ramai dikunjungi.

Setara 300 Motor Bebek

Untuk membayangkan betapa beratnya sampah ini, mari kita gunakan analogi sehari-hari: motor bebek. Satu unit motor bebek seperti Honda Supra X rata-rata berbobot 100 kg. Maka, 30 ton sampah setara dengan 300 motor bebek, menciptakan bayangan mengerikan tentang beban yang ditanggung bumi hanya dari satu pulau saja.

Namun tak hanya berat, jenis sampahnya pun menjadi masalah tersendiri. Menurut relawan dan komunitas pecinta alam yang kerap melakukan kegiatan “clean up”, sekitar 70–80 persen sampah adalah plastik, seperti kemasan mie instan, bungkus makanan ringan, botol air mineral, dan kantong kresek. Sisanya terdiri dari tisu basah, logam, kaca, hingga peralatan mendaki rusak.

Butuh Revolusi Budaya Mendaki

Komunitas seperti Trashbag Community, Mountnesia, dan pendaki-pendaki individu telah lama menjadi garda depan dalam memerangi sampah gunung. Namun tanpa perubahan perilaku kolektif dan regulasi yang lebih tegas, gunung-gunung di Jawa akan terus terbebani oleh jejak konsumtif manusia.

Sudah saatnya kita sadar bahwa mendaki gunung bukan hanya soal menaklukkan puncak, tetapi soal menjaga bumi agar tetap lestari. Jangan biarkan impian untuk menikmati alam bebas berubah menjadi mimpi buruk, karena gunung-gunung menjelma menjadi tempat sampah raksasa. (Wage Erlangga)