Khafid As’adi Penemu Mayat Juliana Marins Pertama Kali

Views: 76

Wajahnya terlihat menyenangkan saat pertama mengenalnya. Seperti kawan akrab yang siap menerima kita apa adanya. Dengan senyum lucu tersebar, dan wajah agak kekanakan. Tapi siapa sangka, lelaki bernama Khafid As’adi ini ternyata orang pertama yang menemukan mayat pendaki Brasil yang mendapat celaka di gunung Rinjani baru-baru lalu, Juliana Marins.

Profesinya sebagai penyelamat di Badan Search dan Rescue Nasional (Basarnas), yang mengantarkan Khafid harus menghadapi kenyataan diatas. Meski dengan agak termangu ia menceritakan pengalaman tersebut kepada Lingkar Bumi, pada awal Agustus 2025 di Lombok.

“Sedih melihatnya mas, sudah mati. Padahal saya sudah berusaha secepatnya turun mencari dia”, cerita Khafid, saat ditanyakan apa perasaannya saat pertama kali melihat mayat Juliana Marins.

Menurut Khafid kondisi cuaca dan medan yang berat benar-benar membuatnya harus terus mencari cara untuk mendapatkan korban. Menurut penuturannya sendiri, dia sudah turun pada hari ketiga pencarian. Menjadi bagian tim pertama yang berhasil menuruni tebing hingga kedalaman 400 meter. Tapi di area setelah 400 meter tersebut kondisi area pencarian menjadi kian terjal. Tali menjadi penuh dengan resiko tergesek dengan batuan, serta sangat sulit mencari anchor atau tambatan utama.

Kondisi berat itu ditambah lagi dengan tali yang kembali terasa kurang. Sehingga ia harus naik lagi, untuk memastikan tambahan alat untuk membuat tambahan anchor, serta tali. Baru kemudian turun lagi dan menginap di kedalaman 400 meter tebing.

Hari Penemuan

Pagi hari ke empat, secepatnya membuat anchor tambahan, dan kembali menuruni tebing menuju target kedalaman sekitar 600 meter. Titik dimana Juliana diperkirakan berada, dari hasil pengamatan drone.

Cuaca sudah terlihat berkabut, saat Khafid memperlihatkan rekaman video di telepon genggamnya. Batuan terlihat menghitam dan banyak berserakan. Diantara batuan tersebut terlihat sesosok tubuh tergeletak. Diam, membeku.

“Setelah menemukan korban, saya langsung mengecek kondisinya. Saat ditemukan ia sudah meninggal. Patah di kedua kakinya, dan satu tangan”, cerita Khafid.

Setelah mengecek kondisi korban, baru kemudian ia mengabarkan kepada tim dipinggir tebing diatas. Yang disambut dengan kiriman tandu dan kantong mayat.

Artikel Terkait : OBROLAN BERSAMA ANGGOTA MAPALA UI TENTANG KASUS KECELAKAAN PENDAKI BRASIL DI RINJANI

Kiriman Ke Atas

Pada hari ke empat itu juga, korban langsung dimasukan ke kantong mayat, serta dimasukan ke dalam tandu. Kemudian diikat erat-erat. Namun hari ke empat tersebut korban belum bisa dibawa keatas, karena waktu dan cuaca yang tidak memungkinkan.

Sampai kemudian akhirnya tim yang berada dilokasi penemuan memutuskan untuk menginap dipinggir tebing. Menemani mayat Juliana, untuk diangkat ke atas pada hari ke lima.

Pagi hari ke lima, baru mayat diangkat keatas. “Tak lama, hanya tiga jam korban bisa dibawa ke atas”, urai Khafid, yang juga memiliki seorang putri ini.  

Keberhasilan itu yang kemudian menjadi bahan pembicaraan hingga saat ini. Terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya, daya juang dari tim pencari dan penyelamat dalam operasi itu sangat patut diacungi jempol. (Sulung Prasetyo)

Artikel Dari Penulis Yang Sama

sampah gunung

Tiap Tahun Gunung di Jawa Hasilkan Sampah Seberat 300 Motor Bebek

rumah adat lombok

Rumah Adat Lombok Bertahan dari Gempa Selama Ratusan Tahun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *