goa terdalam dunia

Satwa Alien Goa Terdalam Dunia

Views: 14

Ada sebuah dunia yang tersembunyi jauh di bawah permukaan tanah dunia yang tidak pernah tersentuh cahaya matahari dan tidak pernah mengenal siang ataupun malam. Dunia itu ada di dalam Goa Veryovkina yang berada di kawasan pegunungan Abkhazia Georgia. Goa ini bukan hanya sekadar gua biasa melainkan tercatat sebagai gua terdalam di Bumi dengan kedalaman lebih dari dua kilometer. Apa yang ada di dalamnya tidak hanya memukau para peneliti tetapi juga membingungkan siapa saja yang pertama kali mendengar cerita tentang makhluk makhluk penghuni gelapnya

Setiap langkah yang dibawa ke dalam gua serasa meninggalkan dunia nyata. Pada ratusan meter pertama senter masih memperlihatkan dinding batu basah dan tetesan air. Namun semakin jauh ke dalam semua itu memudar. Tidak ada lumut tidak ada suara burung tidak ada tanda kehidupan yang akrab. Hanya ada udara lembap yang dingin dan kesunyian yang nyaris sempurna.

Di kedalaman lebih dari seribu meter udara menjadi lebih berat suhu tetap dingin dan stabil sekitar empat derajat celcius. Kegelapan mutlak mulai menelan segalanya. Seakan dunia di atas tidak pernah ada. Namun di titik itulah kehidupan lain justru mulai menyingkap rahasianya

Udang Transparan

Di salah satu danau bawah tanah yang tersembunyi para peneliti melihat sesuatu yang bergerak pelan. Sekilas seperti bayangan air tetapi ternyata seekor udang mungil dengan tubuh transparan. Hewan ini diberi nama Xiphocaridinella demidovi. Tubuhnya begitu bening sehingga organ dalamnya dapat terlihat jelas.

Udang ini hidup dengan cara memakan potongan potongan materi organik yang terbawa masuk oleh aliran air dari permukaan. Tidak ada tumbuhan tidak ada fotosintesis hanya remah remah kehidupan dari atas yang menjadi sumber makanan. Penampilan udang yang seperti hantu membuat banyak penjelajah gua terdiam kagum seolah tengah menyaksikan makhluk dari dunia lain.

Heterocaucaseuma deprofundum (photo: novataxa.blogspot.com)

Kumbang Tanpa Mata

Di dinding batu basah gua terdapat penghuni kecil lain. Seekor kumbang yang tubuhnya pucat tanpa warna tanpa pigmen dan bahkan tanpa mata. Namanya Duvalius abyssimus. Kehilangan penglihatan bukanlah kelemahan melainkan hasil adaptasi jutaan tahun.

Kumbang ini tidak membutuhkan cahaya untuk hidup. Ia mengandalkan antena dan sensor kimia di tubuhnya untuk bergerak mencari makanan atau mengenali lingkungan sekitar. Tanpa pigmen tubuhnya terlihat pucat dan halus hampir seperti terbuat dari batu kapur. Kumbang ini membuktikan bahwa di kegelapan mata tidak lagi menjadi alat utama untuk bertahan

Lipan Transparan

Salah satu penemuan paling mengejutkan adalah Heterocaucaseuma deprofundum. Hewan ini mirip lipan kecil yang ditemukan di kedalaman gua. Berbeda dengan udang atau serangga air hewan ini hidup di daratan batu basah jauh di perut bumi.

Inilah yang kemudian dicatat sebagai hewan darat terdalam yang pernah ditemukan manusia. Kehidupannya penuh tantangan karena tidak ada sumber makanan berlimpah. Ia mungkin hanya memakan jamur mikroskopis atau sisa organik yang terbawa air. Dengan tubuh mungil dan metabolisme lambat ia mampu bertahan di tempat yang tampaknya tidak mungkin menopang kehidupan

Plutomurus ortobalaganensis (photo: wikipedia)

Springtail dengan Antena

Ada pula makhluk lain yang terlihat seperti kutu kecil dengan antena yang sangat panjang bahkan hampir sepanjang tubuhnya. Hewan itu bernama Plutomurus ortobalaganensis. Ia tidak memiliki mata tidak memiliki pigmen tubuhnya pucat dan lemah tetapi antena panjangnya adalah kunci hidupnya.

Dengan antena itu ia dapat meraba merasakan getaran bahkan mendeteksi zat kimia di sekitarnya. Ia bergerak lincah menelusuri celah batu mencari sisa organik atau jamur mikroskopis. Kehadirannya menunjukkan bahwa ada cara lain untuk melihat dunia selain dengan mata

Adaptasi dalam Kegelapan

Semua hewan di Veryovkina adalah kisah nyata tentang adaptasi. Mereka kehilangan mata karena tidak ada cahaya yang bisa ditangkap. Mereka kehilangan warna karena pigmen hanyalah beban energi. Mereka memperkuat indera lain agar bisa bertahan. Dan mereka hidup dengan metabolisme lambat menunggu sisa sisa kehidupan dari permukaan jatuh ke dalam jurang.

Setiap makhluk yang ditemukan memperlihatkan bahwa kehidupan tidak selalu mengandalkan kekuatan tetapi pada kemampuan beradaptasi dan bertahan dengan sumber daya yang terbatas

Goa Veryovkina adalah laboratorium alami tempat ilmuwan belajar tentang batas kehidupan. Hewan hewan mungil di dalamnya menunjukkan bagaimana evolusi bekerja di tempat yang tidak terbayangkan. Mereka tidak ditemukan di tempat lain dan masing masing menjadi bukti bahwa kehidupan dapat muncul bahkan di kondisi yang tampak mustahil.

Kisah mereka juga memberi harapan tentang pencarian kehidupan di luar Bumi. Jika udang transparan dan kumbang tanpa mata bisa bertahan di kegelapan dua kilometer di bawah tanah mungkin di planet atau satelit lain yang beku dan gelap pun ada bentuk kehidupan sederhana.

Rekomendasi artikel :

Keajaiban Goa Kristal Bawah Tanah Meksiko

Dunia yang Rapuh

Namun ada hal yang harus diingat ekosistem gua sangat rapuh. Semua makhluk ini bergantung pada pasokan air bersih dan materi organik dari permukaan. Sedikit saja ada polusi atau gangguan dari luar maka seluruh rantai kehidupan di dalamnya bisa runtuh.

Karena mereka adalah spesies endemik kehilangan satu ekosistem berarti kehilangan satu cabang evolusi unik yang tidak akan tergantikan.

Ketika para penjelajah akhirnya kembali ke permukaan sinar matahari terasa begitu menyilaukan. Namun ingatan tentang kedalaman gua tidak mudah hilang. Di bawah sana udang transparan masih berenang kumbang tanpa mata masih merayap lipan kecil masih bertahan dan springtail berantena panjang masih menjelajah.

Mereka hidup dalam diam di dunia yang gelap abadi. Dunia yang seakan alien namun sebenarnya bagian dari Bumi kita sendiri. Dunia yang membuktikan bahwa kehidupan selalu menemukan jalannya bahkan di tempat paling tak terduga. (Wage Erlangga)

Artikel Dari Penulis Yang Sama

sketsa perahu karet

Perjalanan Terlupakan Perahu Karet Pertama

Menuju Jalan Setapak yang Berkelanjutan di Alam Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *