gurita

Fleksibilitas Lengan Gurita Bisa Jadi Model Robot Cerdas

Views: 2

Gurita selama ini dikenal sebagai hewan laut yang cerdas dan mampu beradaptasi di berbagai kondisi lingkungan. Namun, sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports, Oktober 2025 menambah satu lagi keajaiban dari makhluk berkepala delapan lengan ini: kemampuan luar biasa untuk memanipulasi setiap lengannya dengan presisi dan fleksibilitas yang tinggi. Penemuan ini bukan hanya membuka wawasan baru tentang perilaku hewan laut, tetapi juga berpotensi besar menginspirasi perkembangan teknologi robotik modern.

Penelitian bertajuk Octopus arm flexibility facilitates complex behaviors in diverse natural environments ini dilakukan oleh tim ilmuwan dari berbagai negara yang ingin memahami bagaimana gurita menggunakan lengan-lengannya di habitat aslinya — bukan di akuarium atau laboratorium. Selama ini, sebagian besar studi tentang biomekanika gurita dilakukan dalam kondisi terkendali, yang sering kali tidak mewakili kompleksitas lingkungan laut tempat gurita sebenarnya hidup.

Dalam riset ini, para peneliti menganalisis 25 rekaman video aktivitas gurita liar yang diambil di enam lokasi berbeda, lima di antaranya berada di kawasan Karibia dan satu di pesisir Spanyol. Dari rekaman tersebut, mereka berhasil mencatat 3.907 gerakan lengan dan 6.781 jenis deformasi — perubahan bentuk yang terjadi ketika gurita menekuk, memanjangkan, memendekkan, atau memutar lengannya untuk melakukan berbagai aktivitas.

Gerakan Lengan yang Kompleks

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gurita tidak hanya menggunakan lengan untuk bergerak atau berenang, tetapi juga untuk berinteraksi secara halus dengan lingkungannya. Empat jenis deformasi utama yang ditemukan adalah membengkok (bend), memanjang (elongate), memendek (shorten), dan memutar (torsion). Dari keempatnya, gerakan membengkok menjadi yang paling dominan, mencapai sekitar 70 persen dari seluruh pergerakan yang tercatat. Sisanya terdiri atas memanjang (22 persen), memendek (6 persen), dan memutar (2 persen).

Para peneliti juga menemukan bahwa semua delapan lengan gurita mampu melakukan setiap jenis deformasi, meskipun ada variasi frekuensi tergantung posisi lengan. Lengan bagian depan atau anterior tampak lebih aktif digunakan dalam aktivitas seperti meraih, mengangkat, dan menggulung, sedangkan lengan bagian belakang lebih sering berfungsi sebagai penopang atau alat stabilisasi tubuh.

“Fleksibilitas ekstrem ini membuat gurita mampu melakukan berbagai perilaku kompleks dengan hanya mengandalkan empat pola dasar gerakan,” tulis Chelsea O. Bennice,dari universitas Florida Atlantik dalam laporannya. Chelsea juga menambahkan, hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman perilaku tidak selalu bergantung pada kompleksitas struktur, tetapi pada cara organisme memanfaatkan fleksibilitas fisik yang dimilikinya.

Pengamatan di Alam Berbeda dari Laboratorium

Temuan lapangan ini sebagian besar sejalan dengan hasil penelitian laboratorium sebelumnya, yang juga menunjukkan bahwa semua lengan gurita dapat melakukan empat deformasi utama. Namun, ada perbedaan menarik: di alam liar, gerakan memutar (torsion) jauh lebih jarang terlihat dibandingkan dalam studi laboratorium. Para peneliti menduga hal ini bisa terjadi karena faktor lingkungan seperti arus laut, visibilitas air, atau kebutuhan perilaku yang berbeda.

Selain itu, studi lapangan menemukan adanya kecenderungan penggunaan lengan depan yang lebih dominan, sedangkan di laboratorium, beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan preferensi gerakan pada sisi kanan tubuh. “Kondisi alami jelas memberikan konteks yang lebih dinamis dan menuntut adaptasi berbeda dibandingkan ruang tertutup di laboratorium,” tulis tim peneliti.

Gurita memiliki sistem saraf yang unik. Lebih dari dua pertiga neuron-nya berada di dalam lengan, bukan di otak. Hal ini berarti setiap lengan dapat “berpikir sendiri” secara lokal untuk merespons lingkungan, sementara otak pusat hanya mengarahkan tujuan umum, seperti mencari makanan atau menghindari bahaya. Sistem kendali terdistribusi ini memungkinkan setiap lengan berperilaku semi-independen namun tetap terkoordinasi.

“Dengan sistem saraf yang tersebar, gurita mampu mencapai tingkat koordinasi yang sulit ditiru oleh mesin,” ujar Kendra C. Buresch, salah satu penulis penelitian lain seperti dikutip dari Scientific Reports. “Memahami bagaimana fleksibilitas mekanik dan kontrol saraf bekerja bersama dapat memberikan inspirasi besar bagi dunia robotika.”

Contoh representatif ekohabitat dari lokasi lapangan: (a) puing cangkang, (b) pasir/alg, (c) substrat campuran, (d) lamun, (e) batu karang besar, (f) terumbu karang. Video diambil dari 25 gurita yang berperilaku alami di enam lokasi lapangan berbeda.

Arah Baru untuk Teknologi Robotik Lunak

Hasil penelitian ini memiliki implikasi besar bagi pengembangan soft robotics, sebuah cabang teknologi yang meniru struktur dan kelenturan makhluk hidup untuk menciptakan robot yang dapat bergerak lebih alami di medan yang tidak menentu. Robotik konvensional yang terbuat dari logam atau plastik keras memiliki keterbatasan dalam beradaptasi dengan lingkungan yang tidak rata atau rapuh, sedangkan robotik lunak berpotensi bergerak lebih lembut dan fleksibel — seperti lengan gurita.

Peneliti menilai bahwa dengan meniru prinsip gerakan gurita, para insinyur dapat mengembangkan robot bawah air yang mampu menjelajah terumbu karang tanpa merusaknya, atau robot medis yang bisa bergerak di dalam tubuh manusia tanpa menimbulkan luka. Kombinasi antara empat pola dasar deformasi dan sistem kontrol terdistribusi menjadi kunci yang dapat diterapkan untuk menciptakan robot generasi baru yang cerdas dan adaptif.

“Gurita menunjukkan bahwa kompleksitas gerakan tidak memerlukan sistem yang kaku,tambah Kendra. “Hanya dengan sejumlah kecil pola dasar, organisme ini bisa menciptakan ribuan variasi perilaku yang efektif dan efisien. Inilah prinsip yang ingin kami terapkan dalam desain robot fleksibel masa depan.”

Menyelami Misteri Gerakan di Alam

Selain implikasi teknologinya, penelitian ini juga memperkaya pemahaman tentang perilaku hewan laut. Gurita dikenal sebagai hewan soliter yang aktif berburu di malam hari dan menggunakan kamuflase untuk bersembunyi. Dengan kemampuan mengubah bentuk dan arah lengan secara cepat, gurita dapat menggali pasir, membuka cangkang kerang, hingga menjangkau celah sempit untuk menangkap mangsa.

Para peneliti berharap studi lanjutan dapat menelusuri hubungan antara tipe habitat — seperti dasar pasir, batu karang, atau perairan berarus kuat — dengan pola gerakan lengan yang digunakan. Mereka juga berencana membandingkan spesies gurita dengan morfologi berbeda, misalnya gurita yang memiliki lengan lebih panjang dan ramping, untuk melihat apakah strategi gerakan mereka juga bervariasi.

Dari hasil pengamatan lapangan hingga analisis statistik ribuan gerakan, penelitian ini menegaskan bahwa gurita merupakan contoh nyata efisiensi evolusi: dengan struktur sederhana namun kemampuan luar biasa. Fleksibilitas lengan mereka bukan hanya alat bertahan hidup, tetapi juga cerminan kecerdasan biologis yang dapat menginspirasi inovasi teknologi manusia. (Wage Erlangga)

Baca juga:

Artikel Dari Penulis Yang Sama

desa wisata bali

Desa Wisata Bali Kehilangan Arah di Tengah Modernisasi

wingsuit

Dua Penerbang Prancis Coba Pecahkan Rekor Dunia Wingsuit di Nepal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *