Views: 13
Dari sekian banyak pulau di Indonesia, mungkin baru seperempatnya saja yang dijadikan tempat wisata penyelaman. Salah satunya yang terlewat adalah Kepulauan Karimun Jawa, di Jawa Tengah. Dengan potensi pulau yang notabene berpasir putih, wisata penyelaman bangkai kapal (wreck dive) dan tempat penangkaran hiu, sudah sepantasnya wisata selam di kepulauan ini lebih serius dikembangkan keberadaannya.
Perlu waktu enam jam menyeberangi laut untuk tiba di Kep. Karimun Jawa bila berangkat dari Jepara dengan kapal yang dipenuhi aroma ikan laut dan segala tetek bengek keperluan rumah tangga yang dibawa sebagian besar penghuni Kep. Karimun Jawa yang ikut di kapal yang kami tumpangi. Tujuan kami adalah P. Kemojan, tempat basecamp kami nanti selama melakukan kegiatan ekspedisi di sana untuk beberapa hari.
Ibu Pepe, pemilik rumah yang kami jadikan tempat tinggal tersenyum ramah saat kami tiba dengan berbagai barang keperluan penyelaman. Buat ibu ini, hal itu bukanlah hal baru. Memang rumahnya yang juga berdekatan dengan kantor LSM ”Alam Karimun” selalu menjadi tempat persinggahan sebelum melakukan penyelaman di Karimun Jawa.
Baru dua hari kemudian kami bisa pergi ke P. Tengah, melakukan inti kegiatan kami, mengidentifikasi potensi wisata selam di sana. Sehari sebelum itu kami juga melakukan penyelaman di P. Sintok sebagai pemanasan.
P. Tengah ini ternyata sebuah pulau milik seorang jutawan yang ternyata bisa juga untuk disewakan. Ada enam rumah (cottage) besar di sana. Dan ada sepasang suami-istri tua yang setia sebagai penunggu pulau tersebut. Pulau ini lumayan besar. Dengan pasir putih mengelilinginya, pulau ini terlihat jadi lebih indah di mata. Segera saja peralatan selam kami persiapkan saat seluruh tim tiba di sana. Segala macam BCD, Regulator, Fins, Snorkel dicek ulang kembali hingga akhirnya kami siap menyelam pukul 10 pagi hari itu.
Sistem sabuk kami gunakan untuk mengidentifikasi kehidupan biota laut yang ada di sekeliling pulau tersebut. Sistem sabuk yang berarti kami melakukan penyelaman berkeliling pulau tersebut memakan waktu sampai dua hari lamanya. Untung saja tak banyak masalah yang kami temui saat melakukan penyelaman di sana. Hingga akhirnya kami melakukan penghitungan hasil akhir identifikasi tersebut.
Dengan menggunakan indeks yang ditetapkan oleh Depparpostel kami semua yang melakukan identifikasi menyatakan bahwa potensi bawah laut yang ada di P. Tengah ini bisa dibilang layak sebagai daerah tujuan wisata selam. Dukungan visibility (jarak pandang – Red) yang mencapai 20 meter dan jenis ikan yang rata-rata mencapai 30 jenis, makin menambah laiknya potensi wisata selam yang ada di sana. Belum lagi keindahan terumbu karang yang keberadaannya 80% masih bisa dibilang baik.
Maka sangat disayangkan bahwa daerah tersebut belum juga diseriuskan sebagai dive point tujuan wisata penyelaman di Karimun Jawa.
Dive Wreck di P. Kemojan
Selain di P. Tengah, ternyata tak jauh dari basecamp kami di P. Kemojan juga terdapat potensi yang tak kalah menariknya, yaitu penyelaman melihat bangkai kapal (dive wreck).
Jenis kegiatan pada bangkai kapal ini pada umumnya hanya diminati oleh orang-orang tertentu saja dan biasanya hanya bagi orang yang berminat pada sejarah kelautan atau yang mempunyai jiwa avonturir berlebih.
Cerita penyelaman bangkai kapal Indonoor di Kep. Karimun Jawa sebenarnya bukanlah barang baru buat penduduk sekitar. Sebuah kapal pengangkut batu bara milik armada Belanda karam di perairan tersebut sekitar 60 tahun silam. Cerita yang ada menyebutkan bahwa kapal tersebut karam karena nakhodanya menyangka Kep. Karimun Jawa adalah pesisir pantai Semarang, Jawa Tengah. Dasar pantai-pantai di Karimun Jawa yang relatif rendah membuat kapal tersebut kandas dan akhirnya karam.
Taklimat singkat malam sebelumnya memutuskan bahwa hari itu kami akan menyelam dan melihat bangkai kapal tersebut. Diputuskan 6 orang sebagai tim pertama yang akan melihatnya. Cici, Avi, Mira (Mapala UI) dan Riri, Dondy, Deny (UKSA Undip) akan menjadi tim pertama yang akan melakukan penyelaman pada hari itu. Sebagai pemimpin tim diputuskan Riri yang akan memegangnya.
Pagi harinya pukul 6 kami sudah bersiap untuk menyelam. Segala perlengkapan penyelaman seperti BCD dan Regulator, pakaian selam, fins dan snorkel kami periksa ulang untuk meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Baru pada pukul 9.39 pagi tim pertama bisa memulai penyelaman.
Buddy system coba diterapkan juga dalam penyelaman kali ini. Setelah masing-masing anggota tim masuk ke dalam air mulailah dive dilakukan. Visibility (daya pandang) yang ada pada waktu itu hanya sekitar 8 meter saja. Pumping (penyesuaian tekanan udara di dalam tubuh) terus dilakukan tiap kali penurunan beberapa meter ke bawah air. Hingga tak terasa sudah hampir 14 meter kami menyelam ke dalam laut. Dan sekarang mulailah terlihat bangkai kapal di bawah sana.
Suasananya terasa sangat sunyi dan misterius. Di pilar-pilar besi kapal yang sudah berkarat terlihat terumbu karang (soft coral) bewarna-warni berjuang hidup dan tumbuh terus.
Bangkai kapal ini terlihat terbelah dua, seperti bangkai kapal Titanic dalam film-nya yang sempat ramai di kota Jakarta. Panjang kapal itu hampir menyamai kapal-kapal fery di Indonesia yang mampu menyeberangi Laut Jawa menuju Sulawesi atau Kalimantan. Sekarang bangkai kapal itu terlihat cokelat kehitaman karena karat yang tumbuh di sana-sini.
Beberapa penyelam coba memutari badan kapal lewat bagian buritannya. Sisi belakang kapal ini agak lebih tinggi dari bagian badan lainnya. Sampai akhirnya ditemukan baling-baling kapal yang masih terlihat utuh dan baik keadaannya. Besarnya baling-baling itu mencapai tiga kali besar drum minyak tanah dan bewarna cokelat juga.
Sebenarnya cukup terpana juga rasanya melihat kondisi baling-baling yang tampak masih baik saja setelah terpendam sampai 60 tahun lamanya.
Sesaat kemudian kami bergerak lagi mengitari sisi lain kapal. Kami menuju ke bagian geladak, yang terlihat masih memiliki pagar. Pagar-pagar cokelat hitam itu sudah mulai rapuh. Karat ada di sana-sini dan juga sudah ditumbuhi terumbu karang yang bewarna indah.
Agak tergoda juga kami saat melihat banyaknya rongga yang bisa membawa para penyelam masuk ke bagian dalam kapal. Tapi mengingat kesepakatan bersama di atas permukaan air sebelum menyelam karena keterbatasan alat, kami tidak memasuki rongga-rongga tersebut. Akhirnya kami lebih memilih tidak memasukinya meskipun hati ini agak menyesal juga tidak dapat melihatnya.
Tapi rasa sesal itu agak hilang juga saat melihat ikan-ikan berukuran besar yang hidup di sekeliling kapal karam tersebut. Ikan-ikan yang ada di situ bertubuh lebih besar daripada jenis ikan lain yang ada di bagian pulau lainnya. Seperti jenis Butterfly fish dan Napoleon. Masalah ini sempat menjadi pertanyaan juga, sebab dari penyelaman sebelumnya di pulau lain di Kep. Karimun Jawa ini kebanyakan hanya jenis ikan-ikan kecil saja yang ada. Atau mungkin karena mitos daerah kapal tenggelam tersebut yang dianggap angker, membuat banyak nelayan yang ada di sana segan untuk mengambil ikan yang ada di daerah kapal tenggelam tersebut.
Penangkaran Hiu
Selain dive di wreck dan menikmati putihnya pasir di P. Tengah, ada lagi potensi wisata lain yang bisa dijadikan penunjang kegiatan wisata bahari yang ada di kep. Karimun Jawa ini. Salah satunya adalah penangkaran hiu di P. Menjangan. Letak P. Menjangan yang tak jauh dari P. Kemojan membuat kita hanya meluangkan waktu satu hari saja pulang pergi ke sana.
Tercatat ada sekitar 6 ikan hiu yang ada di penangkaran tersebut. Rasanya sangat menarik melihat ikan hiu, yang konon sangat ganas tersebut, di depan mata dan dekat pula.
Bila menengok kembali segala macam potensi yang ada di Kep. Karimun Jawa, hanya dua terakhirlah yang sampai sekarang baru diseriuskan oleh pihak Taman Nasional Kep. Karimun Jawa sebagai tempat wisata bahari. Sedangkan yang lainnya belum terlihat keseriusan pihak Taman Nasional. Karena bukan tidak mungkin, bila melihat kegiatan penduduk sekitar yang agak kurang peduli dengan masalah konservasi kelautan bisa menjadi bumerang untuk masalah lingkungan di daerah tersebut. Tinggal terserah kita apakah hal tersebut akan didiamkan saja dan berlalu seperti cerita lalu atau mau kita seriuskan hingga bisa berguna untuk bangsa ini juga. Semua itu ada di tangan kita untuk memutuskan bagaimana baiknya.
+ There are no comments
Add yours