KEBANYAKAN MAYAT BIKIN ONGKOS NAIK GUNUNG EVEREST NAIK

Views: 13

Puluhan mayat kini bergelimpangan tak bisa dibawa turun di gunung Everest. Menyadari kondisi tak mengenakan tersebut, dikabarkan pemerintah Nepal akan mengambil keputusan untuk menaikan ongkos mendaki gunung tertinggi dunia itu. Harapannya dengan harga yang makin tinggi, maka jumlah pendaki akan makin ramping, dan potensi kematian seharusnya mengecil.

“Kami telah mengusulkan biaya royalti baru sebesar US$15.000 per orang untuk orang asing, yang akan diimplementasikan pada awal tahun 2025,” kata Yubaraj Khatiwada, juru bicara Departemen Pariwisata pemerintah Nepal, yang dikutip lingkarbumi.com melalui media Kathmandu Post, Rabu (30/8/2023).

Terakhir kali pemerintah Nepal meninjau ulang biaya royalti ini adalah pada tanggal 1 Januari 2015 lalu. Pada saat itu, sebuah ekspedisi dengan maksimal 15 anggota biasanya dikenakan biaya US$10.000 per orang.

Pemerintah kemudian menghapus sistem kelompok, dan memungut biaya sebesar US$11.000 per pendaki asing yang ingin mendaki puncak selama musim semi dari rute normal (South East Ridge).

Rakesh Gurung, Direktur bagian pendakian gunung di Departemen Pariwisata Nepal, mengatakan bahwa asuransi, gaji dan fasilitas lainnya untuk para kuli angkut, pekerja di dataran tinggi dan pemandu juga akan dinaikkan bersamaan dengan biaya pendakian.

Aturan biaya baru ini sendiri direncanakan baru akan diimplementasikan untuk musim pendakian tahun 2025 mendatang. Mengingat banyak agen perjalanan pendakian gunung telah mendapatkan izin pendakian pada tahun 2024 ini.

“Karena beberapa agen telah mengambil pemesanan untuk ekspedisi pada tahun 2024, kami telah memberi mereka waktu sehingga bisnis mereka tidak akan terpengaruh,” kata Gurung.

Meninggalkan Mayat

Dalam perspektif lain, beberapa pelaku penyelenggara pendakian gunung di Everest menyatakan kalau saat ini telah terjadi peningkatan tren meninggalkan mayat di gunung, meskipun mereka telah diasuransikan.

Menanggapi hal tersebut Gurung mengatakan kalau kebanyakan mayat yang ditinggalkan itu berada di zona kematian Everest. Sementara mengambil mayat di zona kematian Everest adalah urusan yang mahal. Zona Kematian adalah bagian dari Everest yang berada di atas ketinggian 8.000 meter diatas permukaan laut.

Memindahkan mayat dari zona itu mahal dan sulit karena bahaya udara tipis yang melingkupinya. Menurut petugas pendakian gunung, dibutuhkan biaya sebesar US$20.000 hingga US$200.000 untuk menurunkan mayat dari titik-titik ekstrem tersebut. Jadi disinyalir, sebagian besar mayat pendaki tertinggal di Everest setiap tahun karena kesulitan dan faktor biaya untuk menurunkan mereka.

Menurut Gurung, info terakhir ada 17 orang yang mendaki dari sisi Nepal meninggal di Everest selama musim semi tahun ini. Data terakhir yang ada menyebutkan tanggal 18 April 2014, terjadi longsoran salju di dekat base camp yang menewaskan 16 orang pemandu Nepal. Tim penyelamat berhasil mengeluarkan 13 mayat dan tiga sisanya tidak pernah ditemukan karena operasi pencarian dan penyelamatan dihentikan karena dianggap terlalu berisiko.

Kemudian pada tahun 2015, longsoran salju yang dipicu oleh gempa bumi mengubur 20 pendaki. Pada tahun 2016 dan 2017, total Everest merenggut nyawa 11 pendaki.

Nima Nuru Sherpa, presiden Asosiasi Pendakian Gunung Nepal, mengatakan bahwa saat ini asuransi hanya menanggung pencarian dan penyelamatan beberapa pendaki.

“Kami sedang mendiskusikan untuk mewajibkan asuransi dalam operasi pencarian dan penyelamatan untuk semua orang untuk mendukung pengambilan mayat dari gunung,” katanya.

“Jika mayat-mayat tersebut tidak diambil pada waktu atau musim tertentu, kami telah mendesak pemerintah untuk mengeluarkan izin bebas royalti untuk mengambilnya kapan saja selama musim tersebut atau tahun berikutnya,” katanya.

Para pendaki mengatakan bahwa cuaca di Everest pada musim semi ini tidak dapat diprediksi, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Everest sebagian besar didaki pada musim semi, dan tidak pernah didaki pada musim dingin sejak tahun 1993 dan musim gugur sejak tahun 2010.

“Musim semi ini, ada lebih dari 150 penyelamatan helikopter yang dilakukan dari Camp II di Everest karena cedera,” kata Khim Lal Gautam, yang merupakan koordinator base camp pemerintah pada musim ini. “Banyak pendaki yang mengalami radang dingin karena cuaca yang tidak dapat diprediksi.”

Menurut Himalayan Database, yang mengumpulkan catatan untuk semua ekspedisi dan kematian di Himalaya, telah terjadi lebih dari 200 kematian di sisi Everest antara tahun 1953, ketika Edmund Hillary dan Tenzing Norgay Sherpa pertama kali mendaki puncaknya, hingga tahun 2022.

Kementerian Pariwisata Nepal mulai mengumpulkan rincian kejadian di Everest sejak tahun 1922, ketika tujuh pendaki Sherpa tewas akibat longsoran salju, yang menjadi kematian pertama yang dilaporkan di gunung tertinggi di dunia ini. Namun, mereka tidak memiliki arsip tentang orang-orang yang kehilangan nyawa mereka di gunung tersebut.

Izin Terlalu Banyak

Meningkatnya jumlah kematian ternyata tidak mengurangi popularitas Everest, dan jumlah pendaki yang ingin mencapai puncak terus bertambah. Rekor terbaik pernah ada 658 pendaki berhasil mencapai puncak pada musim semi 2022.

Musim pendakian tahun ini, Nepal mengeluarkan 478 izin.Jumlah tersebut yang terbanyak yang pernah ada, untuk mendaki Everest dibandingkan dengan rekor sebelumnya yaitu 409 izin pada tahun 2021.

Departemen Pariwisata belum mempublikasikan statistik pendakian yang berhasil pada musim semi ini, tetapi para pejabat mengatakan ada 644 pendakian yang berhasil, sedikit di bawah angka tahun 2022.

Termasuk angka perkiraan tersebut, ada 8.270 pendakian puncak dari sisi Nepal sejak tahun 1953. Total pendakian dari Nepal dan Cina kini telah mencapai hampir 12.000, menurut statistik gabungan dari pemerintah Nepal dan Database Himalaya.

Everest membentang di perbatasan Nepal-Cina dan puncaknya dapat dicapai dari sisi utara dan selatan. Pemerintah Nepal mengumpulkan pendapatan sebesar US$5,08 juta dari pendakian Everest saja pada musim pendakian musim semi tahun ini. (Sulung Prasetyo)

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours