Views: 4
Matahari perlahan turun di balik bukit, menebarkan cahaya keemasan di langit senja. Udara di sekitar masih terasa hangat, tetapi di bawah rindang pepohonan, angin sejuk mulai berembus lembut. Langkah-langkah kaki di jalur setapak terasa lebih ringan dibandingkan beberapa jam sebelumnya. Waktu berbuka semakin dekat, dan tubuh yang seharian bergerak tanpa asupan makanan atau minuman kini harus bertahan sedikit lagi.
Bertualang di alam bebas saat berpuasa bukanlah hal yang mustahil. Tubuh manusia memiliki cara luar biasa untuk beradaptasi dengan perubahan metabolisme, selama kita memahami bagaimana cara mengelola energi dengan baik.
Tubuh yang Beradaptasi dengan Puasa
Penelitian “Pengaruh Aktivitas Fisik Aerobik Sesaat terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Mahasiswa Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan” oleh Novita Sari Harahap menunjukkan bahwa aktivitas fisik saat puasa dapat menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan. Namun, hal ini bukan berarti tubuh langsung kehilangan energi begitu saja. Ketika glikogen—sumber energi utama—berkurang, tubuh mulai memanfaatkan lemak sebagai bahan bakar.
“Puasa membuat metabolisme lebih efisien, sehingga tubuh bisa bertahan dengan energi yang lebih stabil,” jelas Harahap.
Namun, bukan berarti semua jenis aktivitas fisik bisa dilakukan begitu saja. Penelitian oleh Sharlini Desfika Nasution dan Rahmi Rahmi berjudul “Pengaruh Olahraga Saat Berpuasa” menemukan bahwa olahraga dengan intensitas tinggi saat puasa dapat meningkatkan stres oksidatif.
“Puasa meningkatkan ketahanan tubuh terhadap stres metabolik, tetapi jika aktivitas terlalu berat, tubuh justru bisa mengalami kelelahan yang berlebihan,” kata Nasution.

Strategi Full Power di Alam Bebas Saat Puasa
Bertualang di alam bebas dengan kondisi tubuh yang tidak mendapatkan asupan selama lebih dari setengah hari tentu membutuhkan strategi yang matang. Salah satu faktor utama yang harus diperhatikan adalah waktu dan intensitas aktivitas.
- Menyesuaikan Waktu Aktivitas
Pagi hari sering kali terasa segar dan penuh energi, tetapi melakukan aktivitas berat terlalu dini bisa menyebabkan energi cepat habis. Waktu terbaik untuk aktivitas intensitas sedang adalah sore menjelang berbuka, saat tubuh hanya perlu bertahan sebentar lagi sebelum mendapatkan kembali asupan energi. - Pilih Jalur yang Sesuai
Jalur dengan banyak tempat berteduh lebih disarankan daripada jalur terbuka yang langsung terkena terik matahari. Selain menjaga suhu tubuh tetap stabil, ini juga mengurangi risiko dehidrasi yang bisa sangat berbahaya saat berpuasa. - Asupan Nutrisi Sebelum dan Sesudah Bertualang
Persiapan sebelum bertualang sangat bergantung pada apa yang dikonsumsi saat sahur dan berbuka. Karbohidrat kompleks seperti oatmeal, ubi, dan nasi merah memberikan energi tahan lama. Protein dari telur, ikan, atau kacang-kacangan membantu pemulihan otot, sementara lemak sehat dari alpukat atau kacang-kacangan bisa memberikan cadangan energi tambahan. - Hidrasi yang Cukup
Meskipun tidak bisa minum selama perjalanan, tubuh tetap bisa dipersiapkan sebelumnya. Memastikan tubuh cukup terhidrasi sejak malam hingga waktu sahur bisa membantu menjaga keseimbangan elektrolit lebih lama. - Dengarkan Sinyal Tubuh
Tubuh selalu memberikan tanda jika sudah mulai kehabisan energi. Jika kepala terasa ringan, langkah mulai gontai, atau muncul rasa pusing, sebaiknya segera beristirahat. Alam tidak perlu ditaklukkan dengan tergesa-gesa.
Bertualang saat puasa bukan hanya soal menantang diri sendiri, tetapi juga tentang memahami bagaimana tubuh bekerja, bagaimana alam bisa menjadi tempat terbaik untuk refleksi, dan bagaimana keseimbangan bisa ditemukan di tengah tantangan. Karena dalam perjalanan ini, bukan hanya alam yang dieksplorasi, tetapi juga batas kemampuan diri. (Wage Erlangga)
+ There are no comments
Add yours