Views: 7
China resmi membangun stasiun tenaga surya di kawasan Taman Nasional Everest di Tibet pada ketinggian sekitar 4.300 meter diatas permukaan laut (mdpl). Dengan kapasitas 150 kilowatt (kW), fasilitas ini diklaim sebagai pembangkit listrik tenaga surya tertinggi di dunia.
Proyek ini menggunakan panel bifacial tipe N dari Aiko Solar yang dapat menyerap cahaya dari dua sisi, dipadukan dengan sistem pendinginan cair (liquid cooling) dari Huawei Digital Power. Teknologi tersebut memungkinkan panel bekerja lebih efisien dalam kondisi ekstrem pegunungan Himalaya.
Pembangunan stasiun dkabarkan menghadapi berbagai tantangan besar. Minimnya oksigen pada ketinggian membuat produktivitas pekerja menurun. Sementara cuaca ekstrem seperti badai salju, hujan es, dan perubahan iklim mendadak sering menghentikan pekerjaan. Selain itu, pengangkutan material seperti modul kaca ganda berdaya 645 watt serta peralatan berat memerlukan logistik khusus yang rumit.
Supercharging
Seorang juru bicara Aiko Solar mengatakan kepada PV Magazine: “Stasiun pengisian ini dirancang dengan struktur yang menampung 20 tempat parkir, dilengkapi 3 unit pengisi daya utama dan perangkat supercharging 4,6 kW. Sistem PV ini merupakan instalasi off-grid. Struktur carport mengintegrasikan panel surya untuk memaksimalkan ruang dan efisiensi.”
Perusahaan itu juga mengklaim bahwa sistem ini adalah stasiun supercharging tenaga surya tertinggi di dunia, yang menjadi bagian dari proyek “Sichuan-Tibet Highway Supercharging Green Corridor” di sepanjang Jalur Nasional 318.
“Inisiatif ini mendukung lebih dari satu juta wisatawan setiap tahun, sekaligus mengatasi kekhawatiran jarak tempuh bagi pemilik kendaraan listrik yang menjelajah wilayah dataran tinggi dengan lanskap dramatis namun minim infrastruktur pengisian daya,” demikian bunyi pernyataan resmi perusahaan.
Pariwisata Berkelanjutan
Menurut laporan Ecoticias, proyek ini bukan hanya menghasilkan listrik, tetapi juga menjadi strategi untuk mendorong pariwisata berkelanjutan. Dengan infrastruktur pengisian daya yang memadai, diharapkan polusi dari kendaraan wisata dapat ditekan secara signifikan.
Langkah China ini memicu perhatian global. Pembangunan pembangkit surya di kawasan tertinggi dunia dipandang sebagai pesan kuat, bahwa energi terbarukan dapat diterapkan bahkan di wilayah dengan kondisi geografis paling sulit.
Analis menilai keberhasilan proyek di Everest bisa membuka jalan bagi pengembangan teknologi serupa di daerah ekstrem lain, seperti gurun, kutub, atau pulau terpencil. Inovasi seperti panel surya bifacial dan sistem pendinginan cair diperkirakan menjadi standar baru dalam menghadapi tantangan energi bersih di masa depan. (Wage Erlangga)





