Perenang Swiss Berenang 191 Km Nonstop di Laut Mediterania

Views: 26

Perenang ultra-endurance asal Swiss, Noam Yaron, mencatat salah satu pencapaian renang laut terpanjang di dunia setelah menempuh 191 kilometer nonstop selama 102 jam 24 menit di Laut Mediterania. Meski berhasil melampaui target awal 180 km, ia terpaksa menghentikan renang hanya 2 kilometer sebelum mencapai Monaco akibat kondisi fisik yang kritis.

Yaron memulai renang pada 11 Agustus dari Calvi, Corsica, dengan tujuan mencapai garis pantai Monaco. Aksi ini dirancang untuk mencetak rekor dunia renang jarak jauh menggunakan wetsuit tanpa keluar dari air. Sejak awal, perjalanannya penuh risiko. Dalam lima jam pertama, ia berhasil menempuh 16 km, tetapi segera berhadapan dengan kawanan ubur-ubur. Wajah dan tangannya yang tidak terlindungi wetsuit terkena sengatan berulang kali.

Renang melintasi kawasan konservasi laut Pelagos Sanctuary ini dijaga ketat. Dua kapal pendukung mendampingi Yaron: satu kapal berada dekat untuk memandu jalur dengan tali renang, sementara kapal lain mengikuti dari belakang untuk memastikan keselamatan.

Malam Paling Menakutkan

Setelah 15 jam berenang, Yaron sudah menempuh 43 km. Namun, malam pertama disebut sebagai pengalaman paling menakutkan dalam hidupnya. Lampu pada tali renang menarik ribuan ubur-ubur dari kedalaman laut, membuatnya terus tersengat di wajah. Di tengah kondisi sulit itu, Yaron menemukan momen langka ketika seekor anak lumba-lumba muncul dan berenang di sekitarnya, memberi dorongan semangat sebelum kembali menghadapi kerasnya tantangan laut.

Pada hari kedua, Yaron tetap konsisten menjaga ritme. Ia sudah menempuh lebih dari 100 km pada 13 Agustus, jarak terjauh yang pernah ia capai dalam latihan maupun upaya sebelumnya. Meski demikian, tekanan fisik semakin terasa. Setelah dua hari tanpa henti di air, Yaron mulai mengalami halusinasi. Ia mengaku melihat kastil muncul di permukaan laut, mendengar suara-suara yang tidak nyata, hingga tertidur sesaat sambil tetap terapung dengan bantuan tali renang.

Kondisi ini menunjukkan beban luar biasa yang dialami tubuh dan pikirannya. Meski dilatih untuk menahan tekanan ekstrem, durasi panjang di laut terbuka memberi dampak berbeda dibandingkan rekor-rekornya sebelumnya.

Terhenti 2 Km Sebelum Garis Finis

Memasuki hari keempat, Yaron telah berenang sejauh 165 km. Namun kecepatannya menurun drastis. Dalam 10 jam terakhir, ia hanya mampu menempuh 2 km. Rasa sakit akibat luka gesekan wetsuit yang bercampur dengan garam laut membuat seluruh tubuhnya mengalami luka tingkat dua. Lebih buruk lagi, mulut dan lidahnya membengkak hingga sulit bernapas dan makan.

Tim pendukung akhirnya memutuskan menghentikan renang demi keselamatannya. Yaron dihentikan di laut pada jarak 2 km dari Monaco. Ia segera dibawa ke rumah sakit dan harus menjalani perawatan intensif selama sembilan hari untuk pemulihan.

Walaupun gagal menuntaskan renang hingga garis pantai Monaco, catatan Yaron tetap luar biasa. Jarak 191 km yang ia tempuh melampaui target awal 180 km. Durasi 102 jam lebih menjadikannya salah satu perenang laut dengan daya tahan paling tangguh di dunia.

Yaron bukan orang baru dalam dunia renang ekstrem. Pada 2021, ia sukses menyeberangi Danau Jenewa dalam waktu 19 jam 53 menit. Setahun kemudian, ia menyelesaikan renang melintasi lima danau terbesar di Swiss hanya dalam 60 jam 40 menit. Pengalaman tersebut membawanya menantang Laut Mediterania, salah satu perairan paling menantang di dunia.

Aksi Yaron bukan sekadar mengejar rekor, tetapi juga menunjukkan batas kemampuan manusia ketika menghadapi kondisi ekstrem. Renang selama empat hari empat malam tanpa henti, menghadapi sengatan ubur-ubur, luka parah, hingga halusinasi, menjadi gambaran perjuangan luar biasa seorang atlet ultra-endurance.

Meski tidak sampai ke Monaco, perjuangan Yaron menjadi inspirasi global. Upaya tersebut menunjukkan bahwa kegagalan mencapai garis finis bukan berarti kehilangan nilai perjuangan. Justru, pencapaian 191 km di laut terbuka menegaskan tekad dan ketahanan manusia ketika berhadapan dengan alam. (Wage Erlangga)

Artikel Dari Penulis Yang Sama

deforestasi

Deforestasi Sebabkan 28.000 Kematian Akibat Panas per Tahun

hiu paus

Banyak Hiu Paus Papua Terluka Karena Bagan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *