Views: 6
Tim peneliti dari Politeknik Negeri Ujung Pandang berhasil mengembangkan alat penyaring asap bernama “Clean Smoke” yang terbukti mampu menurunkan kadar gas karbon monoksida (CO) dari hasil pembakaran biomassa hingga 78,6 persen. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi pengendalian polusi udara di sektor industri kecil hingga besar.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Pengelolaan Lingkungan dan Bencana (JPLB) edisi 2025 itu menyebutkan bahwa alat berbentuk menara silinder tersebut mampu menyerap gas beracun dan partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia. “Clean Smoke menunjukkan potensi besar dalam menekan emisi beracun dari pembakaran kayu maupun biomassa,” tulis tim peneliti yang diketuai Muhammad Khairul Mahmud dari Departemen Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Turunkan Polusi
Dalam pengujian laboratorium, kadar karbon monoksida pada asap pembakaran awal tercatat 520 ppm. Setelah melalui proses pencucian asap menggunakan alat Clean Smoke, kadar CO turun menjadi 111 ppm, atau setara efisiensi 78,6 persen. Meski demikian, hasil tersebut masih di atas ambang batas aman udara di tempat kerja yang ditetapkan Kementerian Kesehatan, yakni 25 ppm.
Selain menurunkan emisi gas, alat ini juga efektif menyerap partikulat berbahaya. Uji kekeruhan air pencuci asap menunjukkan peningkatan dari 4,16 NTU menjadi 25,5 NTU, menandakan bahwa partikel-partikel halus berhasil ditangkap dan terlarut dalam air. “Kenaikan tingkat kekeruhan ini menunjukkan efektivitas karbon aktif dalam menyerap senyawa organik dan partikulat dari asap,” tulis laporan penelitian tersebut.

.
Gunakan Limbah Ampas Tebu
Keunggulan alat ini terletak pada penggunaan karbon aktif dari ampas tebu yang diaktivasi dengan larutan KOH 5N. Karbon aktif berpori besar ini dipasang pada pelat berbentuk heksagonal di dalam menara Clean Smoke, berfungsi sebagai penyerap gas dan media kontak antara asap dan air. Peneliti menyebut, penggunaan bahan alami ini membuat alat tersebut ramah lingkungan dan ekonomis.
Proses pembuatan dan pengujian Clean Smoke dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia dan Bengkel Las Karya Syam, Makassar, selama periode Mei hingga Agustus 2024. Pengujian dilakukan menggunakan alat sensor gas CO serta uji kromatografi gas-massa (GC-MS) untuk menganalisis senyawa organik dalam air hasil pencucian asap.
Hasil uji GC-MS menemukan 20 jenis senyawa organik yang terlarut dalam air pencuci asap, termasuk asam asetat, lupeol, dan γ-sitostenon—senyawa yang biasa ditemukan pada hasil pembakaran bahan organik. Menurut peneliti, hal ini menunjukkan bahwa alat mampu menangkap berbagai jenis polutan, bukan hanya gas CO.
Solusi Ramah Lingkungan
Peneliti menegaskan bahwa Clean Smoke dapat menjadi langkah awal menuju teknologi pengendalian polusi yang lebih efisien dan murah untuk diterapkan di Indonesia. “Dengan pengembangan lebih lanjut, alat ini dapat mendukung pencapaian target zero-net emission dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat,” ujar Rahmiah Sjafruddin dalam publikasi tersebut.
Polusi udara akibat pembakaran biomassa masih menjadi salah satu masalah lingkungan utama di dunia. WHO mencatat, partikel halus PM2.5 menyebabkan lebih dari 10 juta kematian dini setiap tahun. Inovasi seperti Clean Smoke dinilai penting untuk mengurangi dampak kesehatan dan mendukung upaya global melawan perubahan iklim. (Wage Erlangga)





