cole brauer

COLE BRAUER BERLAYAR SENDIRI MENGELILINGI DUNIA

Views: 11

Di balik cakrawala yang tak bertepi, di tengah ombak yang menderu dan angin yang mengamuk, seorang perempuan muda berlayar sendirian. Namanya Cole Brauer. Bukan anak konglomerat yang tumbuh di lingkungan kapal pesiar, bukan pula keturunan pelaut yang diwarisi darah samudra. Ia hanya seorang gadis yang, suatu hari di Honolulu, memandang laut dari jendela apartemennya dan bertanya, “Apa ada klub berlayar yang bisa saya ikuti?”

Dari satu pencarian sederhana di internet, jalannya berubah selamanya. Ia menemukan tim berlayar Universitas Hawaii dan memaksa dirinya masuk. “Saya terus datang,” katanya, mengingat masa-masa awalnya. Seorang gadis yang tidak tahu cara mengikat tali kapal tiba-tiba menjadi kapten tim. Sebuah bukti bahwa laut tidak memilih orang berdasarkan asal-usul, melainkan seberapa besar nyali yang mereka bawa.

Keliling Dunia

Sepuluh tahun setelah hari itu, Brauer menantang dirinya dalam perjalanan paling berbahaya: berlayar mengelilingi dunia sendirian, tanpa henti, tanpa bantuan. Dengan kapal sepanjang 12 meter bernama First Light, ia meninggalkan pantai barat laut Spanyol pada 29 Oktober 2023, berlayar melewati tiga tanjung legendaris—Tanjung Horn, Tanjung Harapan, dan Tanjung Leeuwin—sebelum akhirnya kembali pada 7 Maret 2024. 130 hari sendirian di laut. 130 hari melawan badai, kesepian, dan ketakutan.

“Saya tidak melihat pesaing lain selama perjalanan,” ujarnya. Karena inilah perlombaan melawan waktu, melawan batas dirinya sendiri. Sempat terlempar di dalam kapal, tulang rusuknya retak. Tapi ia hanya mengikat dirinya lebih erat dan terus melaju. Tidak ada rumah sakit di tengah samudra. Tidak ada pelukan hangat yang menenangkan. Hanya dirinya dan laut.

Cole Brauer diatas peruhunya saat berusaha menyelesaikan ekspedisi berlayar keliling dunia pada tahun 2023-2024. (photo: Samuel Hodges Photography/race car marine)

Hannah Stowe, seorang pelaut dan penulis memoar Move Like Water, menyebut Brauer sebagai seseorang yang luar biasa. “Gelombang-gelombang itu seperti gunung air yang menghantamnya tanpa ampun,” katanya. Tapi Brauer tidak goyah. Ia menyelesaikan perlombaan sebagai perempuan Amerika pertama yang berlayar solo mengelilingi dunia tanpa henti dan mencetak rekor kecepatan baru untuk kelas kapalnya.

Merubah Paradigma

Namun, kemenangan Brauer bukan hanya soal mencetak sejarah. Ia membawa pesan. Sebelum perjalanan ini, pengikutnya di Instagram hanya 10.000, mayoritas laki-laki. Saat ia kembali, jumlah itu melonjak menjadi 500.000, dan kini, setengahnya adalah perempuan. Ia telah mengubah pola pikir, menunjukkan bahwa laut bukan hanya milik pria. Bahwa keberanian tidak mengenal gender.

Kini, ia bekerja dengan komunitas seperti Rocking the Boat, memperkenalkan kaum muda, terutama mereka yang kurang beruntung, pada dunia pelayaran. Karena Brauer tahu, tidak semua orang lahir dengan jalur yang jelas. Tapi keberanian bisa membuka jalan baru.

Dari seorang gadis yang hanya ingin menemukan teman baru di klub berlayar, menjadi pelaut perempuan pertama dari Amerika yang menaklukkan dunia sendirian. Ini bukan sekadar kisah perjalanan. Ini adalah kisah tentang bagaimana keberanian, tekad, dan sedikit kegilaan bisa membawa seseorang ke batas yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya. Laut, seperti kehidupan, tidak memilih siapa yang boleh menaklukkannya. Tapi mereka yang berani, akan menemukan jalannya sendiri. (Sulung Prasetyo)

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours