Dougal Houston

50 Tahun Ekspedisi Inggris Menembus Jalur Tersulit Everest

Views: 21

Di pegunungan Himalaya, ada sebuah dinding raksasa dari batu, es, dan salju menjulang setinggi hampir dua kilometer. Itulah sisi Southwest Face Everest, sisi gunung yang selama bertahun-tahun sangat sulit didaki para pendaki dunia. Hingga 24 September 1975, tak seorang pun berhasil mencapai puncak melalu jalur itu. Sampai akhirnya, dua pendaki Inggris — Doug Scott dan Dougal Haston — menorehkan sejarah.

Sejak Nepal membuka pintunya bagi pendaki asing pada 1950-an, Southwest Face sudah menjadi incaran. Namun berkali-kali tim ekspedisi terpaksa menyerah. Longsoran salju, cuaca ekstrem, oksigen tipis, dan medan teknis yang curam membuat dinding raksasa ini seolah mustahil ditaklukkan.

Tim Jepang pada akhir 1960-an sempat mencapai ketinggian 8.000 meter, tapi mereka memilih berbalik. Ekspedisi internasional 1971 yang dipimpin Norman Dyhrenfurth berhenti di 8.380 meter karena badai dan masalah internal. Bahkan tim Jerman di bawah Karl Herrligkoffer pun gagal menembus “tembok” batu besar di ketinggian lebih dari 8.300 meter.

Southwest Face dengan keras menolak setiap percobaan. Hingga akhirnya datang rombongan besar dari Britania Raya.

Ekspedisi Raksasa Chris Bonington

Chris Bonington, seorang pendaki sekaligus organisator ulung, memimpin ekspedisi Inggris tahun 1975. Ia mengumpulkan 18 pendaki, puluhan Sherpa, dan ratusan porter untuk mengangkut lebih dari 27 ton perlengkapan. Strategi yang dipakai adalah gaya pengepungan: mendirikan kamp demi kamp, menancapkan ribuan meter tali tetap, dan perlahan menaklukkan dinding raksasa itu.

Di antara para pendaki terdapat nama-nama besar, seperti Doug Scott, Dougal Haston, Nick Estcourt, Paul Braithwaite, serta Mick Burke — yang juga bertugas merekam film dokumenter untuk BBC. Pemimpin Sherpa, Pertemba, memegang peran vital dalam mengatur logistik di medan berat.

Hambatan terbesar ada di ketinggian sekitar 8.300 meter, bagian yang disebut Rock Band. Dinding curam bercampur es dan batu rapuh inilah yang membuat banyak ekspedisi sebelumnya gagal.

Tanggal 20 September, Estcourt dan Braithwaite, dengan dukungan Burke dan Bonington, berhasil menembus bagian ini. Mereka memasang tali dan membuka jalan ke ketinggian baru, tempat Camp 6 akhirnya berdiri.

Dari sinilah, Scott dan Haston memulai langkah bersejarah.

Dougal Houston dalam upaya pendakian ke puncak tertinggi dunia gunung Everest melalui Ekspedisi Inggris tahun 1976. (photo: BBC)

Pagi 24 September, dengan tabung oksigen di punggung dan cuaca yang masih bersahabat, keduanya bergerak perlahan ke atas. Langkah mereka berat. Oksigen tipis membuat setiap gerakan seolah melawan gravitasi ganda. Haston sempat kehabisan suplai oksigen, tapi Scott mengambil alih, memperbaiki jalur, dan terus menembus salju padat yang menutupi lereng 60 derajat.

Sekitar pukul tiga sore, mereka mencapai South Summit. Enam jam kemudian, Scott dan Haston berdiri di puncak tertinggi dunia melalui jalur yang selama ini dianggap mustahil.

Namun perjalanan belum selesai. Gelap sudah turun, badai mulai datang. Mereka terpaksa bivouac di ketinggian 8.750 meter — tanpa tenda, tanpa sleeping bag, hanya saling bersandar di kegelapan, menahan dingin yang bisa membunuh dalam hitungan jam. Keajaiban terjadi: keduanya selamat melewati malam paling berbahaya dalam hidup mereka.

Baca juga :

Tragedi yang Membayangi

Dua hari kemudian, tim kedua mencoba mengulang sukses. Pertemba Sherpa dan Joe Tasker mencapai South Summit, namun Mick Burke yang mendaki sendirian tak pernah kembali. Diduga ia terperosok cornice dan jatuh ke sisi Kangshung Face. Kehilangannya menjadi luka mendalam dalam ekspedisi yang sebenarnya penuh kemenangan.

Pendakian 1975 bukan sekadar pencapaian teknis. Ini adalah pertama kalinya Britania berhasil membawa timnya ke puncak Everest. Lebih dari itu, keberhasilan ini membuktikan bahwa jalur ekstrem pun bisa ditaklukkan dengan perencanaan matang, kerjasama, dan tekad baja.

Kutipan berita nasional di koran Inggris tentang keberhasilan pendaki mereka dalam mencapai puncak tertinggi dunia melalui sisi jalur pendakian tersulit. (Photo: Berghaus/explorerweb)

Buku Chris Bonington Everest the Hard Way dan film dokumenter yang diambil dari rekaman Burke menyebarkan kisah heroik ini ke seluruh dunia. Southwest Face, yang dulu dijuluki dinding mustahil, kini menjadi simbol tekad manusia melawan batas dirinya.

Setengah abad kemudian, kisah Scott dan Haston tetap dikenang — bukan hanya sebagai pendakian pertama di Southwest Face, tetapi juga sebagai pengingat bahwa di balik setiap kemenangan besar, selalu ada pengorbanan yang tak bisa dilupakan. (Sulung Prasetyo)

Artikel Dari Penulis Yang Sama

art cave

Seniman Purba Raja Ampat Lebih Suka Menyembur Warna daripada Menggores Kuas

anak rinjanin

Kata Sains Tentang Balita Mendaki Gunung, Ternyata Berbahaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *