trail running

Bahaya Mengintai Pelari Trail Running

Views: 18

Trail running telah menjelma dari olahraga alternatif menjadi gaya hidup penuh tantangan. Jalur gunung, hutan, dan padang salju kini bukan hanya medan uji endurance, tetapi juga menjadi panggung bagi ribuan pelari mencari kebebasan, adrenalin, dan kedekatan dengan alam liar. Namun di balik semangat itu, tersimpan sederet risiko yang kerap luput dari sorotan.

Sebuah laporan mendalam dari penelitian Wilderness Medical Society mengungkap bahwa sejumlah kecelakaan serius hingga kematian dalam trail running. “Kecelakaan tersebut lebih sering terjadi bukan karena kesalahan teknis perlombaan, melainkan karena kelalaian perorangan dan kurangnya persiapan menghadapi situasi darurat”, ungkap Carel Viljoen, penulis utama penelitian tersebut pada 14 Mei 2025.

Hipotermia: Pembunuh Sunyi di Jalur Dingin

Hipotermia menjadi penyebab utama kematian dalam trail running, terutama di lintasan pegunungan yang cuacanya mudah berubah drastis. Data menunjukkan 64% kematian terkait lomba trail terjadi karena suhu tubuh menurun drastis akibat cuaca ekstrem.

Dalam beberapa kasus, pelari ditemukan tak sadarkan diri dalam posisi terlindung, mengenakan pakaian basah yang mempercepat hilangnya panas tubuh. Padahal, sebagian besar kejadian tersebut bisa dicegah jika peserta membawa pakaian tambahan dan perlengkapan perlindungan cuaca.

Penyelenggara race sering kali menetapkan daftar “mandatory gear”, seperti jaket tahan angin dan isolasi, tetapi dalam latihan mandiri, banyak pelari mengabaikan aspek ini. “Risiko bukan hanya saat race. Latihan sendiri bisa lebih berbahaya karena tak ada petugas medis atau marshal,” tulis Outside.

Bahaya Jatuh

Cedera akibat jatuh dari ketinggian, tergelincir di bebatuan, atau kehilangan keseimbangan di jalur sempit merupakan penyebab kedua terbanyak kecelakaan serius. Medan yang curam, licin, atau berbatu memperbesar peluang terjadinya patah tulang hingga cedera kepala.

Seorang pelari elite sempat jatuh dari tebing setinggi hampir 50 meter, namun selamat karena pendaratan relatif “lunak” dan evakuasi cepat. Namun tidak semua seberuntung itu. Beberapa kasus berakhir tragis karena lokasi terpencil membuat pertolongan datang terlambat.

Tersesat

Dalam kurun 2018 hingga awal 2023, tercatat lebih dari 1.100 kasus orang hilang di taman nasional AS, sebagian di antaranya adalah pelari. Situasi menjadi lebih pelik ketika kehilangan sinyal GPS atau peta rute tidak sesuai kenyataan di lapangan.

Dalam kondisi seperti ini, banyak pelari tidak membawa alat komunikasi satelit atau perlengkapan bertahan hidup ringan, seperti kantong bivak atau jaket tambahan. Waktu tunggu pertolongan bisa mencapai lebih dari 8 jam, apalagi jika malam turun lebih cepat di pegunungan.

Cedera Ringan yang Bisa Menjadi Penghalang Serius

Di luar risiko yang mengancam nyawa, cedera umum seperti ankle terkilir, lutut cedera, atau tendonitis adalah teman lama para pelari trail. Lutut yang terbebani di turunan tajam, telapak kaki yang terhantam batu, atau kesalahan teknik lari bisa mengakibatkan cedera kronis.

Solusinya bukan sekadar pengobatan, tetapi persiapan: latihan kekuatan otot, pemilihan sepatu yang tepat, dan manajemen volume lari secara bertahap. Kombinasi yang seimbang antara latihan dan istirahat sangat penting untuk mencegah cedera berulang.

Kurangnya Keterampilan Pertolongan Pertama

Satu hal yang jarang diperhatikan adalah kesiapan pelari dalam menghadapi kecelakaan kecil hingga sedang secara mandiri. Pelatihan seperti Wilderness First Aid atau membawa perlengkapan P3K pribadi masih belum menjadi kebiasaan umum.

Dalam situasi terpencil, bantuan medis bisa terlambat datang. Oleh karena itu, pelari perlu dibekali kemampuan dasar untuk mengatasi luka terbuka, imobilisasi cedera, dan menjaga kondisi korban sampai bantuan datang.

Antara Kemenangan dan Keselamatan

Trail running memang menawarkan pengalaman luar biasa: kedekatan dengan alam, kebebasan dalam berlari, dan tantangan pribadi. Namun, seperti diungkap dalam laporan penelitian diatas, risiko di dalamnya bukanlah hal yang bisa dianggap sepele.

Persiapan yang matang, pengetahuan tentang risiko, serta kesiapsiagaan menghadapi situasi darurat adalah bagian penting dari keselamatan. Tanpa itu semua, jalur yang indah bisa berubah menjadi arena pertaruhan nyawa.

Karena dalam trail running, kemenangan bukan hanya soal waktu tempuh — tapi juga soal pulang dengan selamat. (Sulung Prasetyo)

Foto utama : Dmiitri Eremin/pexels

Artikel Dari Penulis Yang Sama

piala dunia 2026

Piala Dunia 2026 Diperkirakan yang Paling Merusak Lingkungan

davo karnicar

Davo Karnicar Menuruni Tujuh Puncak Dunia dengan Ski

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *