air terjun kubang padasuka

MENYEMANGATI PADASUKA MENJUAL PARIWISATA (BAGIAN 1)

Views: 2251

FLYING FOX TERPANJANG CIANJUR SELATAN ADA DI PADASUKA

Catatan Redaksi : Medio Juli hingga Agustus 2024 awak Lingkar Bumi berkesempatan membantu pengembangan pariwisata di desa Padasuka, Cianjur Selatan. Hasil kunjungan tersebut merupakan keberhasilan pemasangan atraksi wisata flying fox, dan analisa awal situs arkeologi disana. Berikut beberapa cerita yang didapatkan selama berada disana.

Dering telepon tak berhenti di akhir Juni 2024. Kemudian muncul pesan dari salah seorang kawan, yang juga merupakan anggota di Mapala UI, Rakhmat ‘Boy’ Bernardi. Rekan ini merupakan salah seorang aktivis kegiatan penelusur goa. Sempat mengembangkan karir di Arab Saudi sebagai ahli rope management di gedung tinggi disana. Hingga akhirnya kemudian menetap kembali di Indonesia.

Rupanya ia ingin mengajak menjenguk desa Padasuka, di Cianjur Selatan. Pasalnya ada seorang teman, yang anggota Mapala UI juga, Suhendra ternyata sedang berniat mengembangkan desa yang berada tak jauh dari wilayah Ciwidey tersebut.

Suhendra yang masih menjadi jurnalis aktif di CNBC Indonesia, ternyata sudah lama hilir mudik di desa tersebut. Awalnya ia hanya meliput tentang patahan sesar Bandung di berbagai wilayah Jawa Barat. Hingga akhirnya mampir ke desa tersebut dan merasa berminat untuk membantu mengembangkannya. Salah satu yang menjadi fokus utama pengembangan adalah masalah pariwisata, karena di desa Padasuka terdapat air terjun yang sangat indah, yaitu air terjun Kubang. Selain juga setelah dicermati lebih dalam, masih banyak potensi lain, seperti pengamatan Owa Jawa, penelusuran sungai, danau, wisata arkeologis, budaya dan pertanian.

Setelah koordinasi sebentar di pinggir stasiun Cawang, akhirnya kami bertiga sepakat untuk sesegera mungkin memasang atraksi flying fox disana. Mengingat kebutuhan mendesak menjelang rencana kunjungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno kesana. Tak butuh bergerak terlalu lama, hanya perlu waktu seminggu semua peralatan yang dibutuhkan segera disediakan, dan segera kami meluncur ke Padasuka menggunakan mobil Land Rover defender long chasis hasil pinjaman rekan Boy Bernardi.

Pasang Flying Fox

Seperti dugaan sebelumnya, keberadaan mobil Land Rover sangat berguna di medan jalan menuju desa Padasuka. Mengingat setelah melewati kawasan Ciwidey dan perkebunan teh, jalan terlihat tak rata. Berupa jalan makadam batuan dan tanpa aspal. Untungnya kami datang saat musim hujan belum terlalu besar. Sehingga kondisi jalan tak terlalu licin dirasa.

Setidaknya perlu waktu dua setengah jam, setelah terminal Ciwidey kami lewati untuk mencapai Padasuka. Namun pemandangan sepanjang jalan teramat indahnya. Lekuk-lekuk punggungan dan bukit khas bagian selatan Jawa Barat menghiasi. Makin terasa enak dipandang, karena kami melewatinya saat matahari baru saja terbit dari arah timur.

Meski sempat merasakan mobil hampir terguling dalam perjalanan, akhirnya parkir desa Padasuka dijumpai pada kisaran pukul sembilan pagi. Koordinasi sebentar dengan kepala desa setempat, serta melihat lokasi yang direncanakan akan dipasang flying fox, akhirnya sebelum pukul 10 siang mulai dilaksanakan pengerjaan.

“Pokoknya dua hari ini kita fokus pasang flying fox. Sampai sore nanti setidaknya satu wire sudah terpasang. Besok kita lanjutkan sisanya”, ujar Boy Bernardi selaku penanggung jawab pemasangan saat taklimat dengan warga desa yang akan membantu dilaksanakan.

Tambatan utama yang semula berupa pohon dipindah ke batu besar. Mengingat ketidakyakinan pada lokasi pohon yang berada pada daerah kemiringan, sehingga mungkin saja akar pohon tak terlalu kuat menancap tanah.

Setelah gulungan tali wire berbahan baja selesai diurai, pekerjaan rumit lainnya adalah menjulurkannya disepanjang bakal lintasan. Butuh beberapa orang yang bekerja bersama-sama untuk menjulurkan wire tersebut melintas persawahan. Meski terdapat beberapa silang pendapat, akhirnya wire berhasil dibentangkan, dengan bantuan trekker yang dibawa.

Hingga menjelang maghrib baru pekerjaan itu bisa dibilang setengah selesai. Satu hambatan yang paling utama merupakan teknik membuat wire jadi terbentang tak menjuntai, dan memiliki ketegangan yang sekiranya mampu menahan bobot orang dewasa bila kelak melintasinya. Hambatan yang lain adalah cara memastikan pengaman di tambatan utama benar-benar tak berubah, setelah mendapatkan ketegangan wire yang diharapkan.

Jenis batuan di desa Padasuka yang dijadikan tambatan utama flying fox terpanjang di Cianjur Selatan. (photo: sulung prasetyo)

Keesokan harinya pekerjaan kembali dilanjutkan. Kali ini kami berharap sebelum jam dua siang, urusan pemasangan wire back up kedua sudah berhasil dilakukan. Namun apa daya, rencana tinggal rencana, kondisi fisik, suasana terik matahari, dan sistem koordinasi yang terganggu membuat proses pemasangan lintasan wire back up kedua baru berhasil selesai menjelang maghrib.

Untungnya saat percobaan pertama penggunaan fasilitas flying fox ini tak ada kendala berarti. Arifin, warga desa yang mau menjadi peserta pertama lintasan flying fox tersebut sukses melewatinya tanpa masalah apapun. Ia juga merasa senang saat ditemui usai mencoba lintasan flying fox sejauh setidaknya 120 meter, yang finish persis didepan air terjun Kubang itu.

“Seru Mang, mau coba lagi”, kata Arifin sambil tertawa dengan aksen sundanya.

Setelah Isya baru kami bisa beranjak pulang. Setelah menitipkan pesan kepada orang desa untuk tidak mencoba fasilitas flying fox tersebut tanpa adanya pendampingan dari orang-orang yang berkompeten. Rencananya memang perlu dilatih dulu pemuda desa untuk menjalankan fasilitas tersebut, sebelum akhirnya nanti resmi dipergunakan sebagai salah satu fasilitas pariwisata setempat. (Sulung Prasetyo)

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours