situs arkeologi desa padasuka

MENYEMANGATI PADASUKA MENJUAL PARIWISATA (BAGIAN 2)

Views: 2487

BENARKAH ADA PUNDEN BERUNDAK DI PADASUKA?

Kesempatan kedua Lingkar Bumi menyambangi desa Padasuka terjadi pada sekitar bulan Agustus 2024 lalu. Kali ini kami datang bersama Suhendra dan empat orang anggota dari Kama Arkeologi UI. Niat kali ini selain mencoba kembali fasilitas flying fox, juga melakukan penilaian cepat (rapid assessment) terhadap kemungkinan adanya situs arkeologi di bukit dekat area air terjun Kubang.

Kalau menurut informasi dari Suhendra, area kemungkinan situs arkeologi itu sudah lama berada disana. Mulanya orang-orang disana mengatakan kalau area bukit itu dipercaya sebagai tempat pandai besi.

“Makanya disebut Ki Pandai atau Ki Ramai karena ramai bunyi-bunyian”, urai Suhendra melalui pesan Whatsapp.

Memang kalau melihat dari foto-foto awal yang dikirimkan terlihat jenis batuan dengan ceruk ditengahnya. Menandakan seperti lumpang atau lesung. Namun bukti tersebut belum bisa disebut meyakinkan bila tak ada rekomendasi dari orang-orang yang mengerti arkeologi. Makanya kemudian rekan-rekan mahasiswa dari Kama Arkeologi UI (Keluarga Mahasiswa Arkeologi Universitas Indonesia) disertakan pada perjalanan kali ini.

Tak perlu dijelaskan mengenai perjalanan menuju ke Padasuka, karena telah diceritakan sebelumnya. Namun yang jelas kali melakukan perjalanan secara berbeda. Karena kami menggunakan angkutan umum mulai dari terminal Ciwidey menuju Padasuka. Di terminal tersebut ada angkutan umum semacam bus elf, yang setiap hari mulai jam 8 pagi melakukan perjalanan ke Padasuka. Ongkosnya sekitar Rp 25.000,- sampai ke desa tersebut. Namun bila ingin kesana disarankan tak terlalu siang sampai di terminal Ciwidey, karena bus terakhir pergi ke Padasuka pukul 12 siang.

Sampai di Padasuka sekitar pukul 10 pagi. Setelah beristirahat sebentar, dan makan siang, baru tim bergerak menuju lokasi situs arkeologi. Kali ini kami ditemani beberapa warga, melewati daerah persawahan dan perkebunan sampai akhirnya mencapai puncak bukit dibagian timur, bila menghadap air terjun Kubang.

Salah satu lumpang peninggalan purbakala yang ditemukan di Padasuka. (photo: tim kama arkeologi ui)

Lumpang dan Lesung

Di puncak bukit yang memiliki titik geografis 7°14’29.8″S 107°14’27.2″E terdapat banyak pepohonan bambu. Dengan merapihkan sedikit terlihat beberapa batuan yang dianggap sebagai peninggalan arkeologis. Terlihat ada dua batu besar dibagian puncak yang memiliki lekuk seperti dipahat, dan digunakan untuk keperluan ritual khusus. Teman-teman dari Kama UI mulai melakukan identifikasi. Mereka mengukur tinggi, lebar batuan, serta diameter lingkaran lekuk di batuan tersebut. Dugaan awal anggota Kama UI di tim tersebut menyatakan kecurigaan kalau bentuk lekukan di batu itu memang pahatan buatan manusia.

Dalam laporan paparan temuan tersebut kemudian disebutkan kalau batuan dipuncak bukit dapat disebut lumpang. “Lumpang yang ditemukan memiliki bentuk bundar dengan bagian tengah yang cekung, digunakan kemungkinan besar sebagai alat untuk menumbuk bahan makanan atau bahan-bahan yang digunakan dalam ritual keagamaan” demikian ungkap laporan itu.

Disebutkan juga kalau permukaan lumpang yang ditemukan dalam keadaan aus, yang mengindikasikan penggunaan yang cukup intensif selama periode tertentu. Lumpang itu sendiri disebutkan memiliki diameter luar 49 sentimeter (cm), diameter dalam 10 cm, ketinggian objek yang Nampak 146 cm, kedalaman lingkar luar 16 cm, dan kedalaman lingkar dalam 20 cm.

Selain penemuan lumpang, juga dikatakan ditemukan lesung di puncak bukit tersebut. “Lesung yang ditemukan berbentuk memanjang dan memiliki cekungan yang lebih dalam dibandingkan lumpang, biasanya berfungsi untuk menumbuk biji-bijian atau material lain yang digunakan dalam konteks upacara atau kegiatan sehari-hari” demikian laporan itu lagi menjelaskan.

Lesung yang ditemukan disebutkan memiliki panjang lubang 56 cm, lebar lubang 21 cm, kedalaman lubang 17 cm dan ketinggian objek yang Nampak 100 cm.

Kemudian setelah melakukan eksplorasi lagi, ternyata ditemukan makin banyak lumpang disekitar area puncak. Tercatat hingga terdapat empat lumpang yang lain dengan ukuran berbeda-beda. Sehingga total berjumlah lima lumpang dengan yang berada di puncak bukit.

Keseluruhan anggota tim berada di situs arkeologis desa Padasuka. (photo: suhendra)

Mau Apa?

Kesimpulan hasil penemuan tersebut yang dipaparkan dalam laporan kemudian disebutkan kalau, “Penemuan lumpang dan lesung yang terletak di perbukitan, serta posisinya yang berurutan dari puncak hingga ke bawah, sangat mirip dengan struktur punden berundak. Dalam konteks arkeologi, punden berundak adalah bangunan bertingkat yang digunakan oleh masyarakat prasejarah sebagai tempat untuk melakukan pemujaan kepada leluhur atau dewa. Bentuk berundak ini menandakan adanya lapisan-lapisan dunia, dimana puncak paling atas dianggap sebagai tempat yang paling suci.

Pada dasar perbukitan juga ditemukan bekas telaga, yang kemungkinan besar digunakan sebagai tempat penyucian atau pembersihan diri sebelum seseorang naik menuju punden berundak untuk melakukan upacara. Penggunaan air sebagai media pembersihan diri sebelum melakukan ritual keagamaan telah menjadi praktik umum diberbagai peradaban kuno, termasuk di nusantara. Ini menguatkan dugaan bahwa situs ini memiliki nilai spiritual yang tinggi dan berfungsi sebagai tempat peribadatan bagi masyarakat prasejarah di wilayah tersebut,” ungkap laporan yang disusun oleh Jasmine Alifiannisa P., Jessica Theresia Lautan, Oryza Sativa Daniswara, dan Riska Febrianti tersebut lebih jauh.

Sebulan setelah perjalanan itu, hasil resmi laporan kegiatan baru keluar. Menyenangkan bisa membacanya, karena menunjukan kalau perjalanan kami tak sia-sia. Sambil iseng sempat juga hasil laporan itu dikemukakan ke seorang teman, yang merupakan Doktor di jurusan arkeologi Universitas Indonesia (UI), Ali Akbar. Pada akhirnya arkeolog yang sempat mencuat namanya karena situs Gunung Padang itu tak menampik kesimpulan yang dikeluarkan anak didiknya tersebut.

Cuma pertanyaan besar selanjutnya muncul di kepala. Mau diapakan kalau memang benar ada situs purbakala punden berundak di Padasuka? (Sulung Prasetyo)

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours